IBX5980432E7F390 Kana dan Saudara-saudaranya dalam Bahasa Arab - Doa Senjata Muslim

Kana dan Saudara-saudaranya dalam Bahasa Arab

Kana dan Saudara-saudaranya merupakan salah satu beliauntara huruf yang dapat me-nasikh ibtida, Ia berfungsi me-rafa'-kan mubtada dan me-nashab-kan khabar. Yang di-rafa'-kan disebut sebagai isim-nya (isim kana), dan yang di-nashab-kan disebut khabar-nya (khabar kana).

Fungsi Kana dan Saudara-saudaranya

Kana dan saudaranya berfungsi me-rafa'-kan mubtada lantaran serupa dengan fa'il. Mubtada itu dinamakan sebagai isim-nya, dan me-nashab-kan khabar lantaran serupa dengan maf'ul, dan khabar itu dinamakan sebagai khabar-nya.

Kana dan Saudara-saudaranya dalam Bahasa Arab

Contoh:

كَانَ زَيْدٌ عَالِمًا = Zaid ialah seorang yang berpengetahuan

Bentuk asalnya ialah:

زَيْدٌ عَالِمٌ = Zaid orang yang berpengetahuan

Dan firman Allah ta'ala:

كَانَ النَّاسُ أُمّةً وَاحِدّةً
"Manusia itu yaitu ummat yang satu". (al-Baqarah:213).

Bentuk asalnya ialah:

النَّاسُ أُمّةٌ وَاحِدّةٌ = Manusia itu ummat yang satu.

Pembagian Fungsi Kana dan Saudara-saudaranya

Fi'il-fi'il kana dan saudara-saudaranya terbagi atas tiga serpihan, yaitu:
  • Dapat beramal seperti amal aslinya, yaitu me-rafa'-kan isim dan me-nashab-kan khabar tanpa menggunakan syarat, yaitu lafazh-lafazh كَانَ، أَمْسَى، أَصْبَحَ، أَضْحَى، ظَلَّ، بَاتَ، صَارَ، لَيْسَ
Contohnya seperti dalam firman Allah berikut:

وَكَانَ اللهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (An-Nisa':96).

فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً
"Lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. (Ali-Imran:103).

لَيْسُوا سَوَاءً
Mereka itu tidak sama. (Ali-Imran:113).

ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا
maka jadilah roman mukanya menjadi hitam. (An-Nahl:58).

Keterangan:
No Kana dan saudaranya Keterangan
1 كَانَ Menunjukkan ketetapan khabar bagi isim pada periode yang telah lalu
2 أمْسَى Bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu sore hari
3 أَصْبَحَ Bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu pagi
4 أَضْحَى Bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu dhuha
5 ظَلَّ Bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu siang hari
6 بَاتَ Bermakna menggambarkan bahwa hal yang diberitakan itu terjadi pada malam hari
7 صَارَ Bermakna perpindahan dari satu keadaan ke keadaan lain.
8 لَيْسَ Bermakna meniadakan. Laisa bila diucapkan secara mutlak tanpa ikatan bermakna untuk menafikan keadaan.
Contoh لَيْسَ :

لَيْسَ زَيْدٌ قَائِمًا = Tiadalah Zaid bangun.

Maksudnya, sekarang Zaid tidak bangkit. Apabila laisa dikaitkan dengan waktu, maka maknanya diadaptasi dengan waktu yang dimaksud.
Contoh:

لَيْسَ زَيْدٌ قَائِمًا غَدًا = Tiada Zaid bangun besok

  • Dapat berzakat sebagaimana amil aslinya dengan syarat mesti didahului oleh abjad nafi, nahi atau do'a. Ada empat yang berlaku syarat ini, yaitu: زَالَ، فَتِئَ، بَرِحَ، اِنْفَكَ . Contohnya seperi dalam firman Allah berikut:

وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ
"tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat,". (Hud:118)

لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ
"Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini,". (Thaha:91).

Dan ungkapan seorang penyair:

"صَاحِ شَمِّرْ وَلاَتَزَلْ ذَاكِرَ اْلمَوْتِ * فَنِسْيَانُهُ ضَلاَلٌ مُّبِيْنٌ"
"Hai temanku! Bersungguh-sungguhlah dan bersiap-siaplah serta tetaplah kau mengingat mati * karena lupa akan mati yaitu kesesatan yang kasatmata".

Juga ungkapan seorang penyair

وَلاَ زَالَ مُنْهَلًّا بِجَرْعَائِكِ اْاقَطْرُ
Semoga hujan akan tetap menyirami kawasanmu

  • Dapat berinfak dengan amal ini tetapi dengan syarat hendaknya didahului oleh mashdariyyah azhzharfiyah. Yang dimaksud ialah lafazh دَامَ, seolah-olah dalam firman Allah:

مَا دُمْتُ حَيًّا
Selama saya hidup (Maryam:31).

maksudnya sama dengan

مُدَّةَ دَوَامِيْ حَيًّا = Selama saya hidup

Lafazh maa ini dinamakan maa mashdariyyah lantaran bahu-membahu diperkirakan keberadaannya dengan mashdar, yaitu lafazh الدَوَامُ. Dinamakan maa zharfiyyah menjadi pengganti zharaf, yaitu lafazh مُدَّةَ.

Bagi kabar fi'il jenis ini boleh diletakkan di tengah-tengah antara fi'il dan isim-nya, seperti yang terdapat pada firman Allah:

وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.

Bentuk asalnya ialah وَكَانَ نَصْرُ الْمُؤْمِنِينَ حَقًّا عَلَيْنَا

Dan seperti yang terdapat dalam ungkapan seorang penyair:

سَلِيْ إِنْ جَهِلْتِ النَّاسَ عَنَّا وَعَنْهُمْ * فَلَيْسَ سَوَاءً عَالِمٌ وَجَهُوْلٌ

Tanyakanlah kepada orang-orang jikalau kamu tidak mengetahui wacana kami dan mereka. Sebab tidaklah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui.

Lafazh َلَيْسَ سَوَاءً عَالِمٌ وَجَهُوْلٌ bentuk asalnya ialah فَلَيْسَ عَالِمٌ وَجُهُوْلٌ سَوَاءً

Boleh khabar fi'il jenis ini mendahului fi'il-nya, kecuali lafazh لَيْسَ dan دَامَ, seakan-akan pola berikut:

عَالِمًا كَانَ زَيْدٌ = Orang yang cendekia ialah Zaid.

Bentuk asalnya adalah:

كَانَ زَيْدٌ عَالِمًا = yaitu Zaid orang yang arif.

Fi'il yang Menerima Tashrif dari Fi'il-fi'il Kana dan Saudara-saudaranya

Fi'il yang menerima tashrif di antara fi'il-fi'il kana dan saudara-saudaranya yaitu fi'il mudhari', fi'il amar, isim mashdar, dan isim fa'il, dapat bederma seakan-akan fi'il madhi-nya.

Contoh:
حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
"Supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya". (Yunus:99).

قُلْ كُونُوا حِجَارَةً
"Katakanlah: "Jadilah kamu sekalian batu". (Al-Isra:50).

Fi'il-fi'il kana dan saudara-saudaranya terbagi menjadi dua cuilan, yaitu:
  1. Ada yang naqish dan ada yang tam
  2. Fi'il yang hanya naqish saja
Yang dimaksud dengan tam adalah fi'il yang cukup dengan lafazh fa'il yang di-rafa'-kan. Sedangkan yang dimaksud dengan naqish ialah fi'il yang tidak cukup hanya dengan lafazh yang di-rafa'-kan, yaitu isim-isim-nya, namun beliau juga membutuhkan lafazh yang dinashabkan, yaitu khabar-nya.

Semua fi'il jenis ini boleh digunakan dalam keadaan tam, adalah tidak membutuhkan khabar. Contohnya ialah firman Allah :

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ
"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran". (Al-Baqarah:280).

Lafazh kana disini sama maknanya dengan hashala (حصل). Contoh lainnya yaitu firman Allah:

فَسُبْحَانَ اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ
"Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kalian berada di petang hari dan waktu kalian berada di waktu subuh". (Ar-Ruum:17).

Taqdirnya ialah:

فَسُبْحَانَ اللهِ حِينَ تَدْخُلُوْنَ فِي الصَّبَاحِ وَحِيْنَ تَدْخُلُوْنَ فِي اْلمَسَاءِ
Maka bertasbislah kepada Allah saat kalian memasuki waktu pagi dan waktu sore hari.

Kecuali lafazh زَالَ، فَتِئَ، لَيْسَ. Sesungguhnya ketiga lafazh ini ditetapkan bagi fi'il naqish (mempunyai isim dan khabar).

Lafazh kana dikhususkan boleh menjadi kana zaidah, tidak berarti apa-apa dengan syarat hendaknya beserta fi'il madhi yang berada di tengah-tengah kalam. Contoh:

مَا كَانَ أَحْسَنَ زَيْدًا = Alangkah gantengnya si Zaid
sama dengan lafazh مَا أْحْسَنَ زَيْدًا, yaitu fi'il ta'ajjub yang mengandung makna kagum.

Dikhusukan pula dengan boleh membuang kana berikut isim-nya dan membiarkan khabar-nya. Yang demikian itu banyak terjadi sehabis لَوْ dan إِنْ syarat, seakan-akan sabda Nabi Muhammad:

اِلْتَمِسْ وَلَوْ خَاتِمًا مِنْ حَدِيْدٍ
Carilah sekalipun cincin dari besi.

Bentuk lengkapnya ialah:

اِلْتَمِسْ وَلَوْ كَانَ الَّذِيْ تَلْتَمِسُهُ خَاتِمًا مِنْ حَدِيْدٍ
Carilah sekalipun yang dicari itu cincin dari besi.

Dan dikhususkan juga dengan boleh membuang nun mudhari' yang di-jazm-kan bila tidak bertemu dengan aksara yang di-sukun-kan dan tidak pula dhamir nashab. Contoh:

وَلَمْ اَكُ بَغِيًّا
"Dan aku bukan (pula) seorang pezina". (Maryam:20).

وَلاَ تَكُ فِي ضَيْقٍ
"dan janganlah kamu bersempit dada". (an-Nahl:127).

وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً
"dan jikalau ada kebajikan sebesar zarrah...". (An-Nisa:40).

Keterangan:
Lafazh لَمْ اَكُ bentuk asalnya ialah أَكُوْنُ, kemudian amil yang men-jazm-kannya membuang dhammah yang berada di atas huruf nun sehingga terjadilah pertemuan antara dua abjad yang di-sukun-kan, yaitu waw dan nun, lalu abjad waw dibuang untuk menghindari bertemunya dua karakter yang di-sukun-kan sehingga jadilah لَمْ أَكُنْ, kemudian nun-nya pun boleh dibuang, sehingga jadilah ia لَمْ اَكُ.

Terimakasih telah membaca artikel wacana Kana dan Saudara-saudaranya dalam Bahasa Arab, semoga bermanfaat!

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Kana dan Saudara-saudaranya dalam Bahasa Arab"

Posting Komentar