IBX5980432E7F390 Amil-amil Nawashib dan Pembagiannya dalam Bahasa Arab - Doa Senjata Muslim

Amil-amil Nawashib dan Pembagiannya dalam Bahasa Arab

Pengertian Amil Nawashib

Bagi anda yang sedang mencar ilmu Bahasa Arab pasti pernah mendengar amil nawashib. Apa sih maksud amil nawashib itu?. Secara bahasa, kata amil berarti “faktor” sedangkan nawashib “yang ber-i’rab nashab” jadi maksud dari amil nawashib adalah faktor-faktor yang menciptakan i’rab suatu kalimat menjadi nashab.

Sedangkan pengertian amil nawashib yang dimaksud dalam ilmu nahwu ialah faktor-faktor (amil) yang menashabkan fi’il mudhari. Benar, pada artikel sebelumnya telah kami tuliskan bahwa fi'il itu terbagi tiga macam, yaitu fi'il madhi, fi'il mudhari', dan fi'il amar. Fi'il madhi dan fi'il amr tidaklah dimasuki amil-amil karena keduanya di-mabni-kan, sedangkan fi'il mudhari' ialah mu'rab apabila tidak bertemu eksklusif dengan nun inats dan nun taukid pada ujungnya.

Amil-amil Nawashib dan Pembagiannya dalam Bahasa Arab

Juga telah dikemukakan bahwa fi'il itu mampu memasuki tiga macam jenis i'rab, yaitu, i'rab rafa', nashab, dan jazm baik dengan menggunakan harkat maupun dengan abjad. Selain itu kita juga mesti tahu bahwa i'rab khusus untuk fi'il mudhari' yaitu di-rafa'-kan selamanya bila tidak ada amil yang me-nashab-kan atau men-jazm-kan. Nah sampai disini, saya rasa sahabat-teman sudah faham apa itu amil-amil nawashib. Yup, amil nawashib ini faktor-faktor yang merubah kedudukan fi'il mudhari' dari rafa' menjadi nashab. Amil-amil yang men-jazm-kan akan kami jelaskan pada artikel selanjutnya. Oke, karena kalian sudah faham apa itu amil-amil nawashib, kini saatnya kami menjelaskan pembagian amil-amil nawashib ini.

Pembagian Awamil Nawashib

Amil-amil nawashib yang me-nashab-kan fi'il mudhari' ada dua cuilan, yaitu:
  • Bagian yang me-nashab-kan dengan sendirinya.
  • Bagian yang me-nashab-kan dengan an yang ditakdirkan (disembunyikan) sesudahnya.
1. Bagian yang me-nashab-kan dengan sendirinya.
Bagian yang pertama ini terbagi ke dalam empat jenis, yaitu:
  • An, bila tidak didahului oleh lafazh عَلِمَ dan ظَنَّ
Contohnya: 
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu". (Annisa:28).

وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ
"Dan berpuasa lebih baik bagimu". (al-Baqarah:184).

Namun, jika an didahului oleh عَلِمَ,  contohnya:

عَلِمَ أَنْ سَيَكُونُ
"Dia mengetahui bahwa akan ada... (al-Muzzammil:20).

Huruf an merupakan bentuk ringan (takhfif) dari anna dan isim-nya dhamir sya'n yang dibuang. Bentuk lengkapnya ialah عَلِمَ أَنَّهُ سَيَكُونُ = Dia mengetahui bahwa akan ada...

Maka harkat dari fi'il mudhari'-nya tidak berubah atau tetap rafa'. ia dan fa'il-nya menjadi khabar-nya (anna), sebagaimana telah dijelaskan pada artikel wacana Inna dan Saudara-saudaranya

Apabila an didahului oleh ظَنَّ, maka ada dua model, acuan:
وَحَسِبُوا أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌ
"Dan mereka menerka bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun". (al-maidah:71).

Boleh dibaca nashab dalam qiraah sab'ah menurut asumsi bahwa an dianggap sebagai karakter yang me-nashab-kan fi'il mudhari', Juga boleh dibaca rafa' menurut ilustrasi karena an dianggap sebagai bentuk takhfif dari anna yang di-tasydid-kan.
  • Lan
Contoh:
لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ
"Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini". (Thaha:91).
  • Kai Mashdariyyah (yang di-takwil mashdar), yaitu yang didahului oleh lam ta'liliyyah, baik secara lafazh maupun taqdir
Secara lafazh, seolah-olah:
لِكَيْلَا تَأْسَوْا
"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kau jangan berduka cita". (al-hadid:23).

atau secara asumsi (taqdir), seakan-akan:
جِئْتُكَ كَيْ تُكْرِمُنِيْ = Aku datang kepadamu agar kamu menghormatiku.

Apabila tidak diperkirakan mengandung makna lam, maka yang men-jar-kannya adalah kai, sedangkan fi'il mudhari'-nya di-nashab-kan oleh an yang di sembunyikan sesudahnya secara wajib. Contohnya: جِئْتُكَ كِيْ تُكْرِمُنِيْ , taqdir-nya ialah جِئْتُكَ كِيْ أَنْ تُكْرِمَنِيْ . Dan boleh dengan menggunakan lam ta'liliyah, teladan: جِئْتُكَ كِيْ لِتُكْرِمَنِيْ
  • Idzan, dengan syarat sebagai berikut:
  1. Jika diletakkan pada permulaan kalam
  2. Hendaknya fi'il mudhari' yang sesudahnya bermakna mustaqbal (akan datang).
  3. Hendaknya tidak ada pemisah antara idzan dan fi'il yang di-nashab-kannya, atau terpisahkan di antara keduanya oleh aksara qasam (sumpah) atau oleh laa nafiyah.
Contoh:
إِذَنْ أُكْرِمَكَ = Kalau begitu saya akan menghormatimu

atau
إِذَنْ وَاللهِ أُكْرِمَكَ = Kalau begitu, demi Allah, aku akan menghormatimu.

atau
إِذَنْ لاَأُخِيْبَكَ = Kalau begitu, aku tidak akan merugikanmu.

Contoh-contoh di atas sebagai tanggapan bagi orang yang mengatakan:

Idzan juga dinamakan huruf jawab atau jazaa.

Bersambung....

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

2 Komentar Untuk "Amil-amil Nawashib dan Pembagiannya dalam Bahasa Arab"

  1. amil amil yang lain nya belum ada ya,,,
    pengen tau kapan,syukron

    BalasHapus
  2. Semoga banyak lagi penjelasannya.....hatur nuhun pisan

    BalasHapus