IBX5980432E7F390 Na'at dan Man'ut - Doa Senjata Muslim

Na'at dan Man'ut

Pengertian Na'at

Na'at yaitu isim yang mengikuti isim sebelumnya atau sering disebut isim yang mengikuti man'ut-nya. Isim ini akan selalu mengikuti isim sebelumnya (man'ut-nya) baik dalam keadaan rafa', nashab, dan jar-nya, begitu juga ma'rifah dan nakirah-nya.
Baca Juga:
Nakirah dan Ma'rifah dalam Bahasa Arab
Sedangkan di dalam kitab Mutammimah, Naat adalah lafazh yang mengikuti yang musytaq atau muawwal bih yang menjelaskan lafazh yang diikutinya. lafazh-lafazh yang dimaksud dengan musytaq ialah isim fa'il, seperti كَاتِبُisim maf'ul seolah-olah مَكْتُوْبٌ, sifat musyabbihat, seakan-akan: حَسَنٌ, dan isim tafdhil, seperti أَعْلَمُ.

Na'at dan Man'ut

Yang dimaksud dengan muawaal bil musytaq dialah :
  • Isim isyarah, contoh: مَرَرْتُ بِزَيْدٍ هَذَا = saya telah bertemu dengan Zaid yang ini. Lafazh ini sama dengan مَرَرْتُ بِزَيْدٍ اْلحَاضِرِ. 
  • Isim Maushul, contoh: مَرَرْتُ بِزَيْدٍ الَّذِيْ قَامَ = Aku telah bertemu dengan Zaid yang telah berdiri. Lafazh ini sama dengan مَرَرْتُ بِزَيْدٍ اْلمَعْلُوْمِ قِيَامُهُ. 
  • Dzu yang bermakna shahibin, teladan: مَرَرْتُ بِرَجُلٍ ذِيْ مَالٍ = Aku telah bertemu dengan seorang laki-laki yang memiliki harta, lafazh ini sama dengan مَرَرْتُ بِرَجُلٍ صَاحِبِ مَالٍ 
  • Isim-isim yang di-nishbat-kan, pola: مَرَرْتُ بِرَجُلٍ دِمَشْقِيٍّ = Aku telah bertemu dengan seorang laki-laki Damaskus.

Lafazh yang berbentuk jumlah (kalimat) juga termasuk ke dalam na'at dengan syarat hendaknya lafazh yang disifati dengan jumlah tersebut berupa isim nakirah, seakan-akan firman Allah berikut:

وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ
"Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah". (al-Baqarah:281).

Man'ut-nya lafazh يَوْمًاna'at-nya تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللهِ. 

Demikian pula na'at yang memakai mashdar, namun dia harus menetapi bentuk mufrad dan tadzkir-nya (meskipun man'ut-nya tatsniyah, jamak, atau muannats), misalnya:
مَرَرْتُ بِرَجُلٍ عَدْلٍ = Aku bertemu dengan pria yang adil
مَرَرْتُ بإمْرَأَةٍ عَدْلٍ = Aku bertemu dengan perempuan yang adil
مَرَرْتُ بِرَجُلَيْنِ عَدْلٍ = Aku bertemu dengan dua orang pria yang adil
مَرَرْتُ بِرِجَالٍ عَدْلٍ = Aku bertemu dengan para laki-laki yang adil

Na'at mengikuti man'ut-nya dalam keadaan rafa', nashab, khafadh, ta'rif (ma'rifah), dan tankir (nakirah). Kemudian jika dhamir man'ut yang dikandungnya di-rafa'-kan, maka na'at mengikutinya pula dalam hal tadzkir (mudzakkar), dan ta'nits (muannats), begitu pula dalam hal ifrad (mufrad), tatsniyah, dan jamak, contohnya:

Contoh:

مَرَرْتُ بِالطَّالِبِ اْلمَاهِرِ = Aku bertemu dengan siswa yang pintar

I'rab-nya adalah:

مَرَرْتُ = Fi'il dan fa'il

بِ = Huruf jar

الطَّالِبِ = majrur dengan aksara  بِ

اْلمَاهِرِ = Na'at dari الطَّالِبِ

Lafaz اْلمَاهِرِ juga mesti majrur dengan tanda kasrah dhahirah, dan juga mesti ma'rifah, alasannya man'ut-nya (الطَّالِبِ) isim majrur dengan tanda kasrah dzhahirah dan juga isim ma'rifah.


Contoh-contoh Na'at

Di dalam tabel berikut kami sajikan pola lengkap dari na'at dan man'ut dalam keadaan rafa', nashab, khafadh, ta'rif (ma'rifah), dan tankir (nakirah), dalam hal tadzkir (mudzakkar), dan ta'nits (muannats), begitu pula dalam hal ifrad (mufrad), tatsniyah, dan jamak.
Contoh Na'at Man'ut Artinya
قَامَ الطَّالِبُ اْلمَاهِرُ Siwa yang pintar telah bangun
رَأَيْتُ الطَّالِبَ اْلمَاهِرَ Aku telah melihat siswa yang pintar
مَرَرْتُ بِالطَّالِبِ اْلمَاهِرِ Aku telah bertemu dengan siswa yang pintar
قَامَتِ الطَّالِبَةُ اْلمَاهِرَةُ Siswi yang pintar telah bangkit
رَأَيْتُ لطَّالِبَةَ اْلمَاهِرَةَ Aku telah melihat siswi yang pintar
مَرَرْتُ بِالطَّالِبَةِ اْلمَاهِرَةِ Aku telah bertemu dengan siswi yang pandai
رَجَعَ طَالِبٌ مَاهِرٌ Siswa yang pandai telah pulang
رَأَيْتُ طَالِبًا مَاهِرًا Aku telah melihat siswa yang pandai
مَرَرْتُ بِطَالِبٍ مَاهِرٍ Aku telah bertemu dengan siswa yang pintar
قَامَ الطَّالِبَانِ اْلمَاهِرَانِ Dua siswa yang kedua-duanya pandai telah bangkit
رَأَيْتُ الطَّالِبَيْنِ اْلمَاهِرَيْنِ Aku telah melihat dua siswa yang kedua-duanya pintar
مَرَرْتُ بِالطَّالِبَيْنِ اْلمَاهِرَيْنِ Aku telah bertemu dengan dua siswa yang kedua-duanya pandai
رَجَعَ الطَّالِبُوْنَ اْلمَاهِرُوْنَ Para siswa yang semuanya pintar telah pulang
رَأَيْتُ الطَّالِبِيْنَ اْلمَاهِرِيْنِ Aku telah melihat para siswa yang semuanya pintar
مَرَرْتُ بِالطَّالِبِيْنَ اْلمَاهِرِيْنَ Aku telah bertemu dengan para siswa yang semuanya pandai
رَجَعَتِ الطَّالِبَتَانِ اْلمَاهِرتَانِ Dua siswi yang kedua-duanya pintar telah pulang
رَأَيْتُ الطَّالِبَتَيْنِ اْلمَاهِرتَيْنِ Aku telah melihat dua siswi yang kedua-duanya pandai
مَرَرْتُ بِالطَّالِبَتَيْنِ اْلمَاهِرتَيْنِ Aku telah bertemu dengan dua siswi yang kedua-duanya pandai
رَجَعَتِ الطَّالِبَاتُ اْلمَاهِرَاتُ Para siswi yang semuanya pandai telah pulang
رَأَيْتُ الطَّالِبَاتِ اْلمَاهِرَاتِ Aku telah melihat para siswi yang semuanya pintar
مَرَرْتُ بِالطَّالِبَاتِ اْلمَاهِرَاتِ Aku telah bertemu dengan para siswa yang semuanya pintar
Jika na'at me-rafa'-kan isim zhahir atau dhamir bariz, maka keadaan man'ut tidak diperhatikan, meskipun dia dalam bentuk mudzakkar, muannats, mufrad, tatsniyah, dan jamak, melainkan kedudukan na'at menjabat sebagai fi'il.

Apabila fa’il na’at itu munannats, maka na’at-nya di-ta'nits-kan sekalipun man’ut-nya berupa mudzakkar, seperti:

مَرَرْتُ بِرَجُلٍ حَسَنَةٍ أُمُّهُ = Aku telah bertemu dengan seorang laki-laki yang ibunya baik

Dan apabila fa’il na’at itu mudzakkar, maka na’at-nya di-mudzakkar-kan juga sekalipun man’ut-nya berupa muannats, seolah-olah:

مَرَرْتُ بِامْرَأَةٍ قاَئِمٍ أَبُوْهُ = Aku telah bertemu dengan seorang perempuan yang ayahnya bangun,

Akan tetapi, na’at hanya memakai lafazh yang berbentuk mufrad, dia dilarang di-tatsniyah-kan dan tidak boleh pula di-jamak-kan, contohnya:

جَاءَ زَيْدٌ اْلقَائِمَةُ أُمُّهُ = Telah tiba Zaid yang ibunya sedang bangun.
Fa’il lafazh اْلقَائِمَةُ adalah lafazh أُمُّهُ

جَاءَتْ هِنْدٌ اْلقَائِمُ أَبُوْهَا = Telah datang Hindun yang ayahnya sedang bangkit

Begitu juga bila kita katakan:

مَرَرتُ بِرَجُلٍ قَائِمَةٍ أُمُّهُ = Aku telah bertemu dengan seorang pria yang ibunya sedang bangun
مَرَرتُ بِامْرَأَةٍ قَائِمٍ أَبُوْهَا =  Aku telah bertemu dengan seorang perempuan yang ayahnya sedang berdiri

Begitu juga kalau kita katakan:

مَرَرتُ بِرَجُلَيْنِ قَائِمٍ أَبَوَاهُمَا = Aku telah bertemu dengan dua pria yang ayah-ayah keduanya sedang bangun

مَرَرتُ بِرِجَالٍ قَائِمٍ أَبَاؤُهُمْ = Aku telah bertemu dengan para pria yang ayah-ayah mereka sedang bangkit.

Hanya saja Imam Sibawaih mengatakan dalam perkara bila isim yang di-rafa’-kan oleh na’at-nya berupa jamak, seolah-olah acuan terakhir, yang lebih baik bagi na’at hendaknya beliau diketengahkan dalam bentuk jamak taksir, maka dari itu itu kita katakan:

مَرَرتُ بِرِجَالٍ قِيَامٍ أَبَاؤُهُمْ = Aku telah bertemu dengan para laki-laki yang ayah-ayah mereka sedang bangkit semua.

مَرَرتُ بِرَجُلٍ قُعُوْدٍ غِلْمَانُهُ = Aku telah bertemu dengan seorang pria yang para pelayannya sedang duduk semuanya

Hal ini lebih fasih daripada dikatakan:
قَائِمٍ أَبَاؤُهُمْ
قَاعِدٍ غِلْمَانُهُ
Yaitu dalam bentuk mufrad.

Namun bentuk ifrad lebih fasih daripada jamak salim, seperti contoh berikut:

مَرَرتُ بِرِجَالٍ قَائِمِيْنَ أَبَاؤُهُمْ = Aku telah bertemu dengan para pria yang ayah-ayah mereka sedang berdiri semua.

مَرَرتُ بِرَجُلٍ قَاعِدِيْنَ غِلْمَانُهُ = Aku telah bertemu dengan seorang pria yang para pelayannya sedang duduk semuanya.

Demikian teladan-contoh na’at yang me-rafa’-kan isim zhahir, sedangkan teladan na’at yang me-rafa’-kan dhamir bariz acuannya yaitu:

جَاءَنِيْ غُلَامُ امْرَأَةٍ ضَارِبَتِهِ هِيَ = Telah tiba kepadaku pelayan seorang perempuan yang telah dipukul olehnya. (yaitu sipelayan dipukul oleh perempuan itu).

جَاءَتْنِيْ أَمَةُ رَجُلٍ ضَارِبَهَا هُوَ = Telah datang kepadaku pelayan wanita pria yang telah dipukul olehnya.

جَاءَنِيْ غُلَامُ رَجُلَيْنِ ضَارِبِهِ هُمَا = Telah datang kepadaku pelayan dua orang laki-laki yang telah dipukuli oleh keduanya

جَاءَنِيْ غُلَامُ رِجَالٍ ضَارِبِهِ هُمْ = Telah tiba kepadaku pelayan para laki-laki yang telah dipukuli oleh mereka.

Kegunaan na'at beliaulah untuk mengkhususkan man’ut bila man’ut berupa isim nakirah, misalnya
مَرَرْتُ بِرَجُلٍ صَالِحٍ = Aku telah bertemu dengan laki-laki yang saleh

Dan juga untuk menjelaskannya bila man’utnya berupa ma’rifat, contohnya:
جَاءَ زَيْدٌ اْلعَالِمُ = Telah datang Zaid yang alim

Ada juga untuk semata-mata pujian, misalnya:
بِسْمِ الله الرحمن الرحيم

Atau hanya untuk pengertian celaan, misalnya:
أَعُوْذُ بَاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرجيم

Atau untuk mengharap belas kasihan, misalnya:
اللهمَّ ارْحَمْ عَبْدَكَ اْلمِسْكِيْنَ = Ya Allah, kasihanilah hamba-Mu yang miskin ini.

Atau untuk akreditasi (taukid), contohnya:
تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ
“itulah sepuluh (hari) yang sempurna”. (al-baqarah:196)

Apabila man’ut-nya sudah dikenal tanpa na’at, maka na’at boleh dalam hal I’rab diikutkan kepada man’ut-nya atau terputus darinya. Maksud terputus beliaulah hendaknya na’at di-rafa’-kan dengan pengertian dia dijadikan sebagai khabar dari mubtada yang mahdzuf (dibuang), atau di-nashab-kan oleh fi’il yang tidak disebutkan, contohnya:
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمِيْدِ = Segala puji bagi Allah yang maha terpuji

Imam Sibawaih memperbolehkan lafazh al-Hamiid dibaca jar, yaitu al-hamiidi, lantaran diikutkan kepada man’ut-nya, dan boleh pula di-nashab-kan dengan memperkirakan keberadaan lafazh amdahul hamiida.

Apabila yang menjadi na’at berulang-ulang (banyak) bagi man’ut yang satu, ketentuannya seolah-olah berikut:

Apabila man’ut-nya sudah dikenal tanpa na’at-na’at-nya, maka semuanya boleh diikutkan kepada man’ut; atau diputuskan semuanya; atau diikutkan sebagiannya, sedangkan sebagian yang lain diputuskan I’rab-nya dari man’ut, namun dengan syarat, hendaknya yang diikuti didahulukan.

Jika man’ut tidak mampu dikenali kecuali dengan disebutkan semua na’at-nya, maka I’rab semua na’at diikutkan kepada man’ut-nya secara wajib. Jika man’ut-nya hanya dikenal dengan sebagai dari na’at-na’at-nya, maka selain dari itu boleh menggunakan ketiga I’rab tadi.

Demikianlah artikel tentang Na'at dan Man'ut ini saya buat, biar mampu bermanfaat bagi pembaca, dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Na'at dan Man'ut"

Posting Komentar