Amal Isim Maf'ul Dan Contohnya
Ada dua bentuk isim maf’ul dalam sebuah kalimat, yaitu:
1. Isim maf’ul yang tidak menunjukkan sesuatu yang dikenai perbuatan.
Contoh:
الْأُسْتَاذُ مَشْغُوْلٌ
Ustadz itu sibuk
Kata مَشْغُوْلٌ adalah isim maf’ul dari fi’il شَغَلَ . Pada teladan tersebut tidak ada sesuatu yang dikenai perbuatan. Dalam keadaan seolah-olah demikian, isim maf’ul-nya tidak berzakat.
2. Isim maf’ul yang menunjukkan sesuatu yang dikenai oleh perbuatan.
Contoh:
الْفَائِزُ مُعْطَى جَائِزَةً
Pemenang itu diberi hadiah.
Kata مُعْطَى pada teladan tersebut ialah isim maf’ul dari fi’il أُعْطِيَ - يُعْطَى Ia beramal sebagaimana amal fi’iln-ya, kata جَائِزَةً merupakan maf’ul bih dari isim maf’ul مُعْطَى .
3. Isim maf’ul bederma sebagaimana amal fi’il majhul-nya, dan hal tersebut mampu terjadi dengan dua syarat:
a. Isim maf’ulnya berhubung dengan al ( ال ) yang bermakna الَّذِيْ atau الَّتِيْ, yang apabila fi’il bina majhul diletakkan ditempatnya akan ada taqdir na’ib fa’il atau maf’ul bih.
Contoh:
كَثِيْرَةٌ الْمَنَاطِقُ اْلمُسْتَكْشَفَةُ ثَرْوَاتُهَا
Kata اْلمُسْتَكْشَفَةُ pada acuan di atas merupakan isim maf’ul dari fi’il اِسْتَكْشَفَ/تَسْتَكْشِفُ yang terhubung dengan al (ال) yang bermakna الَّتِيْ . Sehingga, bila isim maf’ul tersebut dirubah ke dalam bentuk fi’ilnya maka akan menjadi sebagai berikut:
كَثِيْرَةٌ الْمَنَاطِقُ اَّلتِيْ تُسْتَكْشَفُ ثَرْوَاتُهَا
Kata تُسْتَكْشَفُ adalah fi’il bina majhul yang membutuhkan na’ib fa’il, dan na’ib fa’il-nya pada acuan tersebut ialah kata ثَرْوَاتُ .
b. Isim maf’ul-nya tidak terhubung dengan al ( ال ). Dalam hal ini, syarat bedermanya yaitu sebagai berikut:
Pertama, isim maf’ul-nya memperlihatkan حَالٌ (masa sekarang) atau اِسْتِقْبَالٌ (masa akan tiba). Artinya, isim maf’ul-nya mampu digantikan dengan fi’il mudhari’-nya yang bina majhul.
Kedua, isim maf’ul-nya disandarkan kepada salah satu dari; nafi, istifham, mubtada’, atau maushuf.
Dengan kata lain, bila isim maf’ul sunyi dari ( ال ) dan menunjukkan madhi (masa kemudian), atau abad kini atau era yang akan tiba, dan tidak bersandar kepada salah satu dari; nafi, istifham, mubtada’, atau maushuf; maka beliau tidak berzakat sebagaimana amal fi’il-nya yang bina majhul, dan isim sesudahnya dibaca majrur karena dia dianggap mudhaf ilaih.
Berikut acuan-contohnya:
مَا مَسْمُوْحٌ بِحُرِّيَّةِ بِلاَ حُدُوْدٍ
Kata “ مَسْمُوْحٌ “ pada pola di atas yaitu isim maf’ul yang tidak memakai ( ال ), memiliki zaman اِسْتِقْبَالٌ (masa akan datang), dan disandarkan pada nafi ( مَا ). Dengan demikian ia berzakat sebagaimana amal fi’ilnya, yaitu merafa’-kan na’ib fa’il. Maka na’ib fa’ilnya yaitu “ بِحُرِّيَّةِ “ (jar majrur), karena beliau dibuat dari fi’il lazim.
أَ مَمْنُوْحَةٌ اْلمَرْأةُ حُقُوْقَهَا
Kata “ مَمْنُوْحَةٌ “ ialah isim maf’ul dari fi’il “ مَنَحَ “. Kondisinya tidak menggunakan ( ال ), memiliki zaman اِسْتِقْبَالٌ (masa akan datang), dan disandarkan pada istifham ( أ ). Dengan demikian, dia bersedekah sebagaimana amal fi’il-nya, dan kata “ المرأةُ “ adalah na’ib fa’il-nya.
اَلْفَائِزُ مُعْطَى جَائِزَةً
Yang menang itu diberi hadiah.
Kata جَائِزَةً pada pola di atas yaitu maf’ul bih bagi isim maf’ul ( مُعْطَى ) lantaran kosong dari (ال) dan memperlihatkan kepada waktu sekarang atau yang akan tiba, dan beliau disandarkan kepada mubtada ( اَلْفَائِزُ ).
بَاتَ العَدُوّ مَكْسُوْرُ النَّحَاحِ
Musuh itu sayapnya menjadi patah.
Kata “ مَكْسُوْرٌ “ adalah isim maf’ul dari fi’il “ كـُسِرَ “. Kondisinya tidak memakai ( ال ), dan menunjukkan era lampau ( مَاضٍ ), tetapi tidak disandarkan kepada nafi, istifham, mubtada’ atau maushuf, maka isim maf’ul ( مَكْسُوْرٌ ) tidak berinfak seperti amalnya fi’il. Dan kata النَّحَاحِ menjadi majrur karena ia berkedudukan sebagai mudhaf ilaih.
1. Isim maf’ul yang tidak menunjukkan sesuatu yang dikenai perbuatan.
Contoh:
الْأُسْتَاذُ مَشْغُوْلٌ
Ustadz itu sibuk
Kata مَشْغُوْلٌ adalah isim maf’ul dari fi’il شَغَلَ . Pada teladan tersebut tidak ada sesuatu yang dikenai perbuatan. Dalam keadaan seolah-olah demikian, isim maf’ul-nya tidak berzakat.
2. Isim maf’ul yang menunjukkan sesuatu yang dikenai oleh perbuatan.
Contoh:
الْفَائِزُ مُعْطَى جَائِزَةً
Pemenang itu diberi hadiah.
Kata مُعْطَى pada teladan tersebut ialah isim maf’ul dari fi’il أُعْطِيَ - يُعْطَى Ia beramal sebagaimana amal fi’iln-ya, kata جَائِزَةً merupakan maf’ul bih dari isim maf’ul مُعْطَى .
3. Isim maf’ul bederma sebagaimana amal fi’il majhul-nya, dan hal tersebut mampu terjadi dengan dua syarat:
a. Isim maf’ulnya berhubung dengan al ( ال ) yang bermakna الَّذِيْ atau الَّتِيْ, yang apabila fi’il bina majhul diletakkan ditempatnya akan ada taqdir na’ib fa’il atau maf’ul bih.
Contoh:
كَثِيْرَةٌ الْمَنَاطِقُ اْلمُسْتَكْشَفَةُ ثَرْوَاتُهَا
Kata اْلمُسْتَكْشَفَةُ pada acuan di atas merupakan isim maf’ul dari fi’il اِسْتَكْشَفَ/تَسْتَكْشِفُ yang terhubung dengan al (ال) yang bermakna الَّتِيْ . Sehingga, bila isim maf’ul tersebut dirubah ke dalam bentuk fi’ilnya maka akan menjadi sebagai berikut:
كَثِيْرَةٌ الْمَنَاطِقُ اَّلتِيْ تُسْتَكْشَفُ ثَرْوَاتُهَا
Kata تُسْتَكْشَفُ adalah fi’il bina majhul yang membutuhkan na’ib fa’il, dan na’ib fa’il-nya pada acuan tersebut ialah kata ثَرْوَاتُ .
b. Isim maf’ul-nya tidak terhubung dengan al ( ال ). Dalam hal ini, syarat bedermanya yaitu sebagai berikut:
Pertama, isim maf’ul-nya memperlihatkan حَالٌ (masa sekarang) atau اِسْتِقْبَالٌ (masa akan tiba). Artinya, isim maf’ul-nya mampu digantikan dengan fi’il mudhari’-nya yang bina majhul.
Kedua, isim maf’ul-nya disandarkan kepada salah satu dari; nafi, istifham, mubtada’, atau maushuf.
Dengan kata lain, bila isim maf’ul sunyi dari ( ال ) dan menunjukkan madhi (masa kemudian), atau abad kini atau era yang akan tiba, dan tidak bersandar kepada salah satu dari; nafi, istifham, mubtada’, atau maushuf; maka beliau tidak berzakat sebagaimana amal fi’il-nya yang bina majhul, dan isim sesudahnya dibaca majrur karena dia dianggap mudhaf ilaih.
Berikut acuan-contohnya:
مَا مَسْمُوْحٌ بِحُرِّيَّةِ بِلاَ حُدُوْدٍ
Kata “ مَسْمُوْحٌ “ pada pola di atas yaitu isim maf’ul yang tidak memakai ( ال ), memiliki zaman اِسْتِقْبَالٌ (masa akan datang), dan disandarkan pada nafi ( مَا ). Dengan demikian ia berzakat sebagaimana amal fi’ilnya, yaitu merafa’-kan na’ib fa’il. Maka na’ib fa’ilnya yaitu “ بِحُرِّيَّةِ “ (jar majrur), karena beliau dibuat dari fi’il lazim.
أَ مَمْنُوْحَةٌ اْلمَرْأةُ حُقُوْقَهَا
Kata “ مَمْنُوْحَةٌ “ ialah isim maf’ul dari fi’il “ مَنَحَ “. Kondisinya tidak menggunakan ( ال ), memiliki zaman اِسْتِقْبَالٌ (masa akan datang), dan disandarkan pada istifham ( أ ). Dengan demikian, dia bersedekah sebagaimana amal fi’il-nya, dan kata “ المرأةُ “ adalah na’ib fa’il-nya.
اَلْفَائِزُ مُعْطَى جَائِزَةً
Yang menang itu diberi hadiah.
Kata جَائِزَةً pada pola di atas yaitu maf’ul bih bagi isim maf’ul ( مُعْطَى ) lantaran kosong dari (ال) dan memperlihatkan kepada waktu sekarang atau yang akan tiba, dan beliau disandarkan kepada mubtada ( اَلْفَائِزُ ).
بَاتَ العَدُوّ مَكْسُوْرُ النَّحَاحِ
Musuh itu sayapnya menjadi patah.
Kata “ مَكْسُوْرٌ “ adalah isim maf’ul dari fi’il “ كـُسِرَ “. Kondisinya tidak memakai ( ال ), dan menunjukkan era lampau ( مَاضٍ ), tetapi tidak disandarkan kepada nafi, istifham, mubtada’ atau maushuf, maka isim maf’ul ( مَكْسُوْرٌ ) tidak berinfak seperti amalnya fi’il. Dan kata النَّحَاحِ menjadi majrur karena ia berkedudukan sebagai mudhaf ilaih.
Terimakasih telah membaca artikel perihal Amal Isim Maf'ul Dan Contohnya, biar bermanfaat. Ohiya, apabila terdapat kesalahan pada materi ini tolong beritahu kami pada kolom komentar ya sahabat-teman.
0 Komentar Untuk "Amal Isim Maf'ul Dan Contohnya"
Posting Komentar