Kitab Nahwu Yang Paling Sering Dipelajari Di Pesantren

Doa Shahih | Kunci untuk memahami al-Quran dan al-Hadits yaitu dengan memahami qawaid (grammer) Arab, lantaran kedua kitab anutan kaum muslimin tersebut menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itulah banyak bermunculan metode-metode pembelajaran qawaid Arab atau yang lebih dikenal dengan ilmu nahwu dan sharaf.

Di Indonesia sendiri, salah satu lembaga yang masih mempertahankan pembelajaran grammer Arab ialah pondok pesantren khususnya pesantren salafy. Setiap santri yang belajar disana diwajibkan mempelajari ilmu nahwu dan sharaf untuk bekal dalam memahami kitab berbahasa Arab yang mereka pelajari.

Nah, dari sekian banyak kitab Nahwu dan Sharaf yang tersebar, rupanya ada lima kitab yang paling sering dijadikan sebagai acuan dalam ilmu qawaid di pondok pesantren. Kitab apa sajakah itu? Oke langsung saja disimak ya tema-teman. Berikut ini daftar kitab nahwu yang paling sering dipelajari di pesantren.

1. Matan Jurumiyyah

Kitab Karangan Muhammad bin Muhammad al-Shonhaji ini berisi ihwal pembahasan ilmu nahwu yang lumayan lengkap. Contoh-contoh yang disajikan dalam kitab tersebut juga sangat sederhana, sehingga kitab ini sangat rekomended untuk pelajar pemula. Dan yang paling menarik dari kitab ini ialah penggunan lafazh yang sama pada setiap teladan yang disajikan, sehingga santri tidak sulit memahaminya.

2. Nadzam Imrithi

Pada urutan berikutnya diisi oleh kitab Karangan Syaikh Syarafuddin al-'Imrithi, Nadzam Imrithi. Kitab ini memiliki syarah antara lain al-Duror al-Bahiyah. Nadzam 'Imrithi menjadi pilihan ditahap selanjutnya, lantaran jumlah baitnya yang tidak terlalu banyak itu relatif mudah untuk dihafal oleh para santri, jumlah bait kitab tersebut sekitar 200-an. Kitab ini lebih lengkap dibanding kitab Matan Jurumiyyah.

3. Mutammimmah / Kawakib

Kitab karangan Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Ahdal ini biasanya dipelajari sehabis para santri mempelajari kitab sebelumnya, lantaran kitab ini lebih tinggi pembahasannya. Hal ini mampu kita dari nama kitab, Mutammimmah yang berarti "penyempurna". Mutammimmah berisi pembahasan yang lebih luas dari kitab-kitab sebelumnya. Contoh yang disajikan pun sudah mulai beragam. Bahkan juga disebutkan beberapa perbedaan pendapat antara ulama mahir qawaid seperti Ulama Kufah dan dan Ulama Bashrah.

4. Al-Fiyah Ibnu Malik

Setiap santri khususnya yang telah mondok di pesantren dalam waktu yang lama tentu sudah tidak gila lagi dengan nadzam Alfiyah ini. Kitab karangan Muhammad ibn Abdillah ibn Malik al-Thai, al-Andalusi ini memuat 1000 bait lebih terkait ilmu qawaid. Kitab ini sering dijadikan rujukan untuk memilih tingkat kealiman seseorang. Sebab, hanya untuk sekedar mengafalnya saja butuh pengorbanan besar, apalagi untuk mendalaminya. Saking istimewanya kitab ini, terdapat kitab yang menandakan sisi tasawwuf dari kitab Alfiyah ini. Dan sehabis santri menghafal seluruh nadzam ini, mereka memperdalam ilmu qawaid-nya dengan mempelajari kitab Syarah Alfiyah yang akan berada pada posisi terakhir.

5. Ibnu Aqil Syarah Ibnu Malik

Kitab karangan Bahauddin Abdullah bin 'Aqil al-'Aqliini ini adalah salah satu kitab syarah Nadzam Alfiyah. Banyak kalangan yang berasumsi bahwa santri yang telah menguasai kitab Ibnu 'Aqil, layak dianggap sebagai Ahli Nahwu (Nuhat). Itu semua lantaran isi kitab ini begitu luas pembahasannya, dan di dalamnya juga dijelaskan secara lengkap berbagai macam perbedaan para ulama mengenai kasus qawaid. Dan tidak jarang, teladan-contohnya pun dikutip lagnsung dari syair-syair Arab.

Kelima jenis kitab tersebut dipelajari secara gradasi, yang berarti para santri diajarkan kitab matan jurumiyyah terlebih dahulu, disusul kitab nadzam imrithi, kitab mutammimmah / kawakib, kitab al-fiyah Ibnu Malik dan kitab Ibnu Aqil syarah Ibnu Malik.

Demikianlah Kitab Nahwu Yang Paling Sering Dipelajari Di Pesantren. Semoga goresan pena ini dapat bermanfaat bagi pembaca.