IBX5980432E7F390 Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab - Doa Senjata Muslim

Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab

Isim maushul ialah isim yang membutuhkan shilah (penghubung) dan ‘aa-id (yaitu dhamir yang zhahir atau mustatir yang kembali kepadanya).

Contoh ‘aa-id yaitu sebagai berikut:

جَاءَ الَّذِيْ نَصَرَ أَحْمَدَ = Telah datang orang yang menolong

Pada lafazh نَصَرَ tersimpan dhamir هُوَ yang kembali kepada isim maushul, yaitu الَّذِيْ.

جَاءَ الَّذِيْنَ نَصَرُوْا أَحْمَدَ = Telah datang orang-orang yang menolong
Pada lafazh نَصَرُوْا  tersimpan dhamir هُمْ yang kembali kepada isim maushul, yaitu الَّذِيْنَ.

Macam-macam Isim Maushul

Isim maushul itu ada dua potongan, yaitu potongan nash (tertentu) dan musytarik (bersekutu dengan lafazh lainnya).

Isim Maushul yang Nash

Yang termasuk nash ada delapan macam, yaitu: الَّذِيْ untuk mufrad mudzakkarالَّتِيْ untuk mufrad muannatsاللَّذَانِ untuk mutsanna mudzakkar bila dalam keadaan rafa’, dan اللَّذَيْنِ bila dalam keadaan nashab dan jarاللَّتَانِ untuk mutsanna muannats bila dalam keadaan rafa’, dan اللَّتَيْنِ bila dalam keadaan nashab dan jarالَّذِيْنَ dan اْلأُلَى dengan memakai huruf ya secara mutlak (sama saja apakah dalam keadaaan rafa’, nashab, dan jar). Untuk jamak mudzakkar terkadang ada yang mengatakan اللَّذُوْنَ dengan memakai huruf waw bila dalam keadaan rafa’. Sedangkan lafazh اللاَّئِي dan اللاَّتِيْ dapat juga dikatakan اللَّوَاتِ untuk jamak muannats, namun abjad ya-nya terkadang dihilangkan sehingga bunyinya menjadi اللَّاتِ dan اللَّاءِ .

Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab

Contoh-contohnya ialah sebagai berikut:

اْلحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ صَدَقَنَا وَعْدَهُ = “segala puji bagi Allah yang telah memenuhi kesepakatan-janji-Nya kepada kami”. (Az-Zumar: 74).
Pada lafazh صَدَقَنَا tersimpan dhamir هُوَ yang kembali kepada الَّذِيْ.

قَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِي زَوْجِهَا = “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan perempuan yang mengajukan somasi kepada kamu ihwal suaminya”. (Al-Mujadilah: 1).
Pada lafazh تُجَادِلُكَ terdapat dhamir هِيَ yang kembali kepada الَّتِيْ.

وَالَّذَانِ يَاْتِيَانِهَا مِنْكُمْ = “Dan terhadap dua orang yang melaksanakan perbuatan keji di antara kalian”. (An-Nisa: 16).
Pada lafazh يَاْتِيَا terdapat dhamir هُمَا yang kembali pada الَّذَانِ.

رَبَّنَا اَرِنَا الَّذَيْنِ اَضَلَّانَا = “Ya Rabb, perlihatkanlah kepada kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami”. (Fushilah: 29).
Lafazh اَضَلَّانَا terdapat dhamir هُمَا yang kembali pada الَّذَيْنِ.

وَالَّذِيْنَ جاءُوْا مِنْ بَعْدِهِمْ = “Dan orang-orang yang datang sehabis mereka (Muhajirin dan Anshar)”. (Al-Hasyr: 10).
Pada lafazh جاءُوْا terdapat dhamir هُمْ yang kembali pada الَّذِيْنَ.

وَاللَّائِيْ يَئِسْنَ مِنَ اْلمَحِيْضِ = “dan perempuan-perempuan yang putus asa dari haid”. (Ath-Thalaq: 4).
Pada lafazh يَئِسْنَ tersimpan dhamir هُنَّ yang kembali pada اللَّائِيْ.

وَاللّاَتِيْ يَأْتِيْنَ الْفَاحِشَةِ = “dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji”. (An-Nisa: 15).
Pada lafazh يَأْتِيْنَ terdapat dhamir هُنَّ yang merujuk pada اللّاَتِيْ.

Isim Maushul yang Musytarik

Isim maushul yang musytarik terbagi 6, yaitu مَنْ، مَا، أَيُّ، أَلْ، ذُوْ،  dan ذَا . Keenam lafazh ini secara mutlak termasuk bentuk mufrad, mutsanna, jamak yang mudzakkar, dan muannats.

Cara penggunaannya:

Lafazh مَنْ digunakan untuk menunjukkan makna yang berakal, sedangkan lafazh مَا digunakan untuk makna yang tidak cendekia (misalnya benda atau binatang.

Berikut contoh مَنْ:

يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاءَكَ  = Aku kagum terhadap orang (laki-laki) yang datang kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاءَتْكَ = Aku kagum terhadap orang (wanita) yang tiba kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاءَاكَ = Aku kagum terhadap dua orang (laki-laki) yang tiba kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاءَتَاكَ = Aku kagum terhadap dua orang (wanita yang datang kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جَاؤُوْاكَ = Aku kagum terhadap orang-orang (para laki-laki) yang datang kepadamu
يُعْجِبُنِيْ مَنْ جِئْنَكَ = Aku kagum terhadap orang-orang (para perempuan) yang tiba kepadamu.

Kita dapat menyampaikan untuk lafazh مَا sebagai tanggapan bagi orang yang bertanya:

اِشْتَرَيْتَ حِمَارًا
اِشْتَرَيْتَ أَتَانًا
اِشْتَرَيْتَ حِمَارَيْنِ
اِشْتَرَيْتَ أَتَانَيْنِ
اِشْتَرَيْتَ حُمُرًا
اِشْتَرَيْتَ أُتُنًا

Jawabannya ialah sebagai berikut:

يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهُ  = Aku kagum terhadap seekor keledai jantan yang kau beli
يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهَا  = Aku kagum terhadap seekor keledai betina yang kau beli
يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهُمَا  = Aku kagum terhadap dua ekor keledai jantan atau keledai betina yang kau beli
يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهُمْ  = Aku kagum terhadap keledai-keledai jantan yang kau beli
يُعْجِبُنِيْ مَااشْتَرَيْتَهُنَّ  = Aku kagum terhadap keledai-keledai betina yang kau beli.

Terkadang yang demikian itu dipergunakan kebalikannya, yaitu lafazh مَنْ digunakan untuk memperlihatkan makna yang tidak pintar, seperti firman Allah berikut:

فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلَى بَطْنِهِ
“Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya”. (an-Nuur: 45).

Sedangkan lafazh مَا digunakan untuk menunjukkan makna yang pintar, seperti firman Allah berikut:

مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
“Apa yang menghalangi kau sujud kepada sesuatu yang telah Ku-ciptakan dengan yad-Ku”. (Shad: 75).

Sedangkan sisanya yaitu: أَيُّ، أَلْ، ذُوْ،  dan ذَا digunakan untuk menunjukkan makna yang arif dan yang tidak akil. Kita dapat mengatkan untuk lafazh أَيُّ dengan perkataan berikut:

يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامَ  = Aku kagum kepada orang (laki-laki) yang bangun
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامَتْ  = Aku kagum kepada orang (perempuan) yang bangkit
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامَا  = Aku kagum kepada dua orang (laki-laki) yang bangkit
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامَتَا  = Aku kagum kepada dua orang (perempuan) yang bangkit
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قَامُوْا  = Aku kagum kepada orang-orang (para pria) yang bangun
يُعْجِبُنِيْ أَيٌّ قُمْنَ  = Aku kagum kepada orang-orang (para perempuan) yang bangkit

Lafazh أَيٌّ boleh dipakai untuk makhluk yang berakal ataupun hewan.

Keterangan:

Pada lafazh قَامَ، قَامَتْ، قَامَا، قَامَتَا، قَامُوْا، قُمْنَ  tersimpan dhamir mustatir yang kembali (merujuk) ke isim maushul ((أّيٌّ)).

Isim Maushul dengan menggunakan Lafazh Al ((أَلْ))

Lafazh Al bergotong-royong menjadi isim maushul apabila masuk kepada isim fa’il atau isim maf’ul, seakan-akan lafazh الضَّارِبُ dan اْلمَضْرُوْبَ , maksudnya: الَّذِيْ ضَرَبَ (orang yang memukul) atau الَّذِيْ ضُرِبَ (orang yang dipukul), seakan-akan dalam teladan firman Allah ta’ala berikut:

إنَّ اْلمُصَدِّقِيْنَ وَاْلمُصَدِّقَاتِ
“Sesungguhnya orang-orang yang membenarkan (Allah dan Rasulnya), baik pria maupun perempuan”. (al-Hadid: 18).

وَالسَّقْفِ اْلمَرْفُوْعِ
“Dan atap yang ditinggalkan (langit)”. (ath-Thur: 5).

وَاْلبَحْرِ اْلمَسْجُوْرِ
“Dan laut yang di dalam tanahnya ada api”. (ath-Thur: 6).

Isim Maushul dengan Memakai Lafazh Dzu ((ذُوْ))

Lafazh ذُوْ khusus dengan memakai dialek orang-orang Thayyi, Kita dapat mengatakan:

جَاءَنِيْ ذُوْ قَامَ  = Telah tiba kepadaku orang (laki-laki) yang bangkit itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قَامَتْ  = Telah tiba kepadaku orang (perempuan) yang bangun itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قَامَا  = Telah tiba kepadaku dua orang (laki-laki) yang berdiri itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قَامَتَا  = Telah datang kepadaku dua orang (perempuan) yang bangkit itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قَامُوا  = Telah tiba kepadaku orang-orang (para pria) yang bangun itu.
جَاءَنِيْ ذُوْ قُمْنَ  = Telah tiba kepadaku orang-orang (para perempuan) yang bangkit itu.

Isim Maushul dengan Memakai Dza (ذَا)

Syarat mengakibatkan lafazh ذُوْ sebagai maushul yaitu

  1. Hendaknya didahului oleh ma istifham (pertanyaan) seolah-olah:
    مَاذَا يُنْفِقُوْنَ؟  = Apa yang mereka nafkahkan?

    مَنْ ذَا جَاءَكَ؟  = Siapa yang tiba kepadamu?
  2. Hendaknya lafazh ذَا tidak dimulghakan (tidak disia-siakan), yaitu diperkirakan keberadaan susunannya beserta lafazh مَا, seakan-akan: مَاذَ صَنَعْتَ = Apa yang Anda lakukan?

Yang demikian itu, apabila kita memperkirakan lafazh مَاذَ sebagai satu isim yang tersusun.

Isim Maushul Membutuhkan Shilah dan 'Aaid


Shilah adalah bentuk jumlah (kalimat) atau serupa dengan jumlah yang berada sesudah maushul. Sedangkan ‘aaid adalah dhamir yang kembali dari shilah ke maushul-nya.

Semua isim maushul membutuhkan kepada shilah atau penghubung yang berada dibelakang isim maushul dan maushul juga butuh kepada ‘aaid.


Bentuk Shilah Maushul

Shilah itu adakalanya berbentuk jumlah atau syibhul jumlah (serupa dengan jumlah). Shilah yang berbentuk jumlah ialah ucapan yang tersusun dari fi’il dan fa’il, ini disebut jumlah fi’liyah, contoh:
جَاءَ الَّذِيْ قَامَ أَبُوْهُ : Telah tiba orang yang ayahnya bangkit

Dan firman Allah:
اْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ صَدَقَنَا وَعْدَهُ = Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi komitmen-Nya kepada kami (Az-Zumar:74)

Atau tersusun dari mubtada dan khabar, ini disebut jumlah ismiyyah, pola:
جَاءَ الَّذِيْ أًبُوْهُ قَائِمٌ = Telah tiba orang yang ayahnya sedang berdiri.

Dan firman Allah ta’ala:
الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَ = Yang mereka perselisihkan tentang hal ini. (An-Naba:3).
Penjelasan:
Lafazh الَّذِيْ yang terdapat pada kalimat جَاءَ الَّذِي قَامَ أبُوْهُ ialah isim maushul, sedangkan yang menjadi shilah-nya ialah jumlah fi’liyyah yaitu lafazh  قَامَ أبُوْهُ; Sedangkan lafazh ـــهُ yang bersambung dengan lafazh أبُو merupakan ‘aaid-nya.
Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab

Lafazh الَّذِيْ yang terdapat pada firman Allah ta’ala اْلحَمْدُلِلهِ الَّذِيْ صَدَقَنَا وَعْدَهُ yaitu isim maushul, dan yang menjadi shilah-nya ialah jumlah fi’liyah yaitu lafazh صَدَقَنَا وَعْدَهُ ; Sedangkan lafazh ـــهُ yang terdapat pada lafazh وَعْدَهُ merupakan ‘aaid-nya.

Lafazh الَّذِيْ yang terdapat pada kalimat جَاءَ الَّذِيْ أًبُوْهُ قَائِمٌ yaitu isim maushul, dan yang menjadi shilah-nya ialah jumlah ismiyyah, yaitu lafazh أًبُوْهُ قَائِمٌ; Sedangkan lafazh ـــهُ yang terdapat pada lafazh أًبُوْهُ merupakan ‘aaid-nya.

Shilah Maushul dengan Bentuk Syibhul Jumlah (Serupa dengan Jumlah)

Shilah maushul dengan bentuk syibhul jumlah ada tiga macam.

Yang pertama adalah zharaf, contoh:
جَاءَ الَّذِيْ عِنْدَكَ = Telah tiba orang yan ada disisimu

Dan firman Allah ta’ala:
مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ = Apa yang di sisi kalian akan lenyap. (An-Nahl:96)

Yang kedua yaitu jar dan majrur, contoh:
جَاءَ الَّذِيْ فِي الدَّارِ = Telah tiba orang yang di dalam rumah itu.

Dan firman Allah ta’ala:
وَاَلْقَتْ مَا فِيهَا = Dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya. (Al-Insyiqaq:4)

Keterangan:

Shilah dengan bentuk jar majrur disebut dengan syibhul jumlah, alasannya adalah kedua-duanya membutuhkan muta’allaq yang wajib disimpan, yaitu lafazh اِسْتَقَرَّ bukan مُسْتَقِرٌّ , alasannya lafazh مُسْتَقِرٌّ merupakan kalimat mufrad. Perhatikan keterangan berikut:
Jika Zharaf dan jar majrur berkedudukan sebagai shilah, maka yang muta’allaq dengan fi’il yang dibuang secara wajib taqdirnya ialah اِسْتَقَرَّ (tetap).
Shilah maushul yang ketiga dari syibhul jumlah ialah sifat sharihah.
Makna yang dimaksud ialah isim fa’il dan isim maf’ul, dan dikhususkan sifat sharihah tersebut dengan memakai alif dan lam. Contohnya: النَّاصِرُ، اْلمَنْصُوْرُ، اْلفَاتٍحُ، اْلمَفْتُوْحُ.

Sedangkan ‘aaid dari kedua isim tersebut ialah dhamir yang sesuai dengan maushul-nya dalam bentuk mufrad-nya, tatsniyyah-nya, jamak-nya, tadzkir-nya, dan ta’nits-nya. Sebagaimana yang  telah dikemukakan dalam acuan-contoh di atas. Misalnya:  جَاءَ الَّذِيْ قَامَ أَبُوْهُ dan جَاءَ الَّذِيْ أًبُوْهُ قَائِمٌ.

Terkadang ‘aaid maushul itu dibuang (tidak disebutkan), seperti dalam firman Allah berikut:
لَنَنْزِ عَنَّ مِنْ كُلِّ شِيْعَةٍ اَيُّهُمْ اَشَدُّ = Kemudian pasti akan kami tarik dari tiap-tiap golongan siapa diantara mereka yang sangat durhaka. (Maryam:69).

Taqdirnya ialah الَّذِيْ هُوَ أَشَدُّ.

يَعْلَمُ مَا تُسِرُّوْنَ وَمَا تُعْلِنُوْنَ = Allah mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian perlihatkan. (An-Nahl:19).

Taqdirnya adalah: الَّذِيْ تُسِرُّوْنَهُ والَّذِيْ تُعْلِنُوْنَهُ

وَيَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ = Dan meminum dari apa yang kalian minum (Al-Mu’minun:33).

Taqdirnya adalah: الَّذِيْ تَشْرَبُوْنَ مِنْهُ.

Terimakasih telah membaca artikel tentang Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab. Semoga bermanfaat!

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Pembahasan Isim Maushul dalam Bahasa Arab"

Posting Komentar