IBX5980432E7F390 Maf'ul Ma'ah dan Contohnya - Doa Senjata Muslim

Maf'ul Ma'ah dan Contohnya

Maf'ul ma'ah ialah isim manshub yang disebutkan setelah waw yang bermakna (مَعَ) untuk menjelaskan dzat yang menyertai perbuatan pelakunya, dan isim tersebut didahului oleh jumlah fi'liyyah atau jumlah ismiyyah yang mengandung makna fi'il, begitu juga huruf-hurufnya.

Contoh yang didahului jumlah fi'liyyah:

جَاءَ الأَمِيْرُ وَاْلجَيْشَ = Pemimpin beserta bala tentaranya telah datang

وَاسْتَوَى اْلمَاءُ وَاْلخَشْبَةَ =  Air itu telah merata dengan kayu

Sedangkan contoh yang didahului oleh jumlah ismiyyah yang mengandung makna fi'il seolah-olah:

أَنَا سَائِرُ وَالنِّيْلَ = Aku berjalan mengikuti sungai Nil.

Keterangan:
Lafazh اْلجَيْشَ adalah maf'ul ma'ah, lantaran ia yaitu isim yang menyertai kedatangan pemimpin. Begitu juga dengan lafazh اْلخَشْبَةَ adalah maf'ul ma'ah, karena isim yang menyertai kemerataan air.

Sedangkan lafazh سَائِرُ adalah isim yang mengandung makna fi'il, yaitu isim fa'il yang berasal dari fi'il madhi سَارَ.

Isim yang layak menjadi maf'ul ma'ah terbagi tiga potongan, yaitu Bagian yang wajib dinashabkan karna menjadi maf'ul ma'ah, dan wawnya waw ma'iyah bukan waw 'athaf. Bagian yang lebih utama dinashabkan menjadi maf'ul ma'ah dari 'athaf. Kebalikannya ialah dijadikan waw 'athaf lebih berhak daripada waw ma'iyah.

Maf'ul Ma'ah dan Contohnya

Adakalanya wajib dinashabkan karena menjadi maf'ul ma'ah seakan-akan kedua pola tadi: وَاسْتَوَى اْلمَاءُ وَاْلخَشْبَةَ dan أَنَا سَائِرُ وَالنِّيْلَ karena lafazh sehabis lafazh waw tidak dapat di'athafkan kepada lafazh sebelumnya jika lafazh اسْتَوَى diartikan merata, bukan naik. Contoh lainnya ialah seakan-akan perkataan anda kepada orang yang melarang dari perbuatan kotor sedangkan dia sendiri melakukannya:

لاتَنْهَ عَنِ اْلقَبِيْحِ وَاِتْيِانَه = Janganlah anda melarang (orang) dari perbuatan kotor serta melakukan perbuatan itu.

Apabila lafazh اِتْيَانَهُ di'athafkan, maka perkataan tersebut bacaannya menjadi:

لاتَنْهَ عَنِ اْلقَبِيْحِ وَاِتْيِانِه = Janganlah anda melarang (orang) dari perbuatan kotor dan melakukannya.

Dan seperti:

مَاتَ زَيْدٌ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ = Zaid telah meninggal bersamaan dengan matahari terbit.

Apabila dijadikan 'athaf artinya menjadi lain, yaitu: Zaid telah meninggal dan matahari terbit. Makara yang meninggal itu Zaid, dan yang terbit itu matahari, tidak bersamaan. Yang demikian itu keliru.

Contoh lainnya lagi ialah firman Allah ta'ala berikut:
 فَاجْمِعُوْا اَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ = Maka bulatkanlah keputusan kalian, serta himpunkanlah sekutu-sekutu kalian (Yunus: 71).

Keterangan:
Firman Allah شُرَكَاءَكُمْ tidak boleh di'athafkan kepada lafazh اَمْرَكُمْ karena 'athaf berarti mengumal 'amil, sedangkan kita dilarang mengatakan أَجْمَعْتُ شُرَكَائي, dan kita hanya diperbolehkan mengatakan:  أَجْمَعْتُ أَمْرِيْ وَجَمَعْتُ شُرَكَانِيْ = Aku bulatkan keputusanku dan kuhimpun sekutu-sekutu.

Dengan demikian, lafazh شُرَكَانِيْ dinashabkan lantaran berkedudukan sebagai maf'ul ma'ah. Bentuk lengkapnya ialah: فاَجْمِعُو أَمْرَكُمْ مع شُرَكَائِكُم  = Maka bulatkanlah keputusan kalian beserta sekutu-sekutu kalian.

Atau dinashabkan oleh fi'il yang layak baginya sehingga bentuk lengkapnya menjadi seperti berikut: فاَجْمِعُو أَمْرَكُمْ وَاَجْمِعُوْا شُرَكَائَكُم = Maka bulatkanlah keputusan kalian, dan kumpulkanlah sekutu - sekutu kalian.

Adakalanya lebih berhak dinasab-kan sebagai maf'ul ma'ah dari pada di athaf-kan.
Contoh:

قُمْت وَزَيْدًا = Aku telah bangkit bersama Zaid.

Tidak baik dibaca : ٌقُمْتُ وَزَيْد 

Menasab-kan lafadz Zaid lebih utama dari pada me-rafa'-kannya, lantaran meng'athafkannya kepada Dhamir rafa' yang muttashil tanpa pemisah adalah hal yang lemah. jadi, bila ingin menga'athafkan kepada isim-isim dhamir muttashil, maka wajib ada pemisah atau diselang dengan dhamir munfashil.
Contoh:

قُمْتُ أَنَا وَزَيْدٌ

Adakalanya diutamakan 'athaf daripada nashab, seperti dalam contoh pertama, yaitu:

جَاءَ الأَمِيْرُ وَاْلجَشُ = Pemimpin dan bala tentaranya telah datang

Contoh lainnya seperti:
 جَاءَ زَيْدٌ وَعَمْرٌ = Zaid dan 'Amr telah datang

Di'athafkan pada kedua acuan tersebut pada lafazh yang serupa dengannya lebih berhak, karena bergotong-royong waw itu yaitu orisinil untuk meng'athafkan.

Terimakasih telah membaca artikel Maf'ul Ma'ah dan Contohnya, supaya bermanfaat!

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Maf'ul Ma'ah dan Contohnya"

Posting Komentar