IBX5980432E7F390 Tamyiz dalam Bahasa Arab Beserta Contohnya - Doa Senjata Muslim

Tamyiz dalam Bahasa Arab Beserta Contohnya

Tamyiz adalah isim manshub yang menjelaskan kesamaran dzat atau menjelaskan kesamaran nisbat (yang terdapat pada lafazh sebelumnya)

Kesamaran dzat itu ada empat jenis:

Yang pertama adalah 'adad (bilangan), contoh:

اِشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ قَلَمًا = Aku telah membeli dua puluh pena

مَلَّكْتُ تِسْعِيْنَ نَعْجَةً = Aku mempunyai sembilan puluh kambing

Yang kedua adalah ukuran, acuan:

اِشْتَرَيْتُ مَنًّا سَمْنًا = Aku telah membeli dua kati samin

اِشْتَرَيْتُ شِيْرًا أَرْضًا = Aku telah membeli sejengkal tanah

اِشْتَرَيْتُ قَفِيْزًا بُرًّا = Aku telah membeli segenggam jawawut

masnahussarap.blogspot.com

Keterangan:
Tamyiz yang terdapat pada acuan-contoh di atas semuanya di-nashab-kan oleh lafazh yang ditafsirkannya, yaitu: قَفِيْزًا ، شِيْرًا ، مَنًّا.

Lafazh مَنًّا adalah jenis takaran yang kurang lebih beratnya dua kati, atau 180 mitsqal bila menurut syara', dan berdasarkan 'urf adalah 280 mitsqal .

Yang ketiga ialah serupa dengan ukuran. Contohnya seolah-olah terdapat pada firman Allah berikut:

مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا
kebaikan seberat dzarrahpun... (Az-Zalzalah: 7)

Lafazh خَيْرًا berkedudukan sebagai tamyiz bagi lafazh مِثْقَالَ ذَرَّةٍ.

Yang keempat yaitu lafazh yang menjadi cabang bagi tamyiz, contoh:

هَذَا خَاتِمٌ حَدِيْدًا= Ini yaitu cincin besi

هَذَا بَابٌ سَاجًا = Ini ialah pintu jati

هَذِهِ جُبَّةٌ خُزًّا = Ini ialah jubah sutera

Keterangan:
Lafazh خَاتِمٌ adalah cabang dari lafazh حَدِيْدًا, lantaran cincin terbuat dari besi.
Lafazh بَابٌ adalah cabang dari lafazh سَاجًا, karena jati itu jenis dari kayu
Lafazh جُبَّةٌ adalah cabang dari lafazh خُزًّا, lantaran jubah itu jenis dari sutra

Sedangkan Tamyiz yang menjelaskan kesamaran nisbat adakalanya dipindahkan dari fa'il (dengan kata lain ialah tamyiz yang diungkapkan untuk menjelaskan lafazh yang menjadi gantungan 'amil seperti fa'il), pola:

تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرْقًا = zaid bercucuran keringatnya

تَفَقَّأَ بَكْرٌ شَحْمًا = Tubuh Bakar berlimpah lemak.

طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا = Muhammad baik jiwanya

Contoh lainnya ialah sepeti firman Allah berikut:

وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا
dan kepalaku telah ditumbuhi uban...(Maryam:4)

Keterangan:
Lafazh عَرْقًا berkedudukan sebagai tamyiz yang dipindahkan dari fa'il. Bentuk asalnya ialah:
تَصَبَّبَ عَرْقُ زَيْدٍ = keringat Zaid bercucuran.
Lafazh  عَرْقًا menjelaskan tentang fa'il yang berhubungan dengan fi'il.

Lafazh شَحْمًا berkedudukan sebagai tamyiz yang dipindahkan dari fa'il. Bentuk asalnya ialah:
تَفَقَّأَ شَحْمُ بَكْرٍ = Tubuh bakar berlimbah lemak.
Lafazh شَحْمًا menjelaskan tentang fail yang yang berhubungan dengan fi'il.

Lafazh نَفْسًا berkedudukan sebagai tamyiz yang dipindahkan dari fa'il. Bentuk asalnya ialah:
طَابَ نَفْسُ مُحَمَّدٍ = Muhammad jiwanya baik.
Lafazh نَفْسًا menjelaskan ihwal fa'il yang berafiliasi dengan fi'il.

Lafazh شَيْبًا berkedudukan sebagai tamyiz yang dipindahkan dari fa'il. Bentuk asalnya yaitu:
وَاشْتَعَلَ شَيبُ الرَّأْسِ = dan dipenuhi uban kepalaku.
Lafazh شَيْبًا menjelaskan wacana fa'il yang bekerjasama dengan fi'il.

Adakalanya dipindahkan dari maf'ul, seolah-olah:

وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا
Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air... (al-Qamar:112)

Keterangan:
Lafazh عُيُونًا berkedudukan sebagai tamyiz yang dipindahkan dari maf'ul lantaran bentuk asalnya ialah: وَفَجَّرْنَا عُيُونَ الْأَرْضِ = Dan kami jadikan memancar mata air-mata air bumi.

Atau dipindahkan dari selain fa'il dan maf'ul, seolah-olah:

أَنَا أَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا = Aku lebih banyak daripada kau hartanya. Bentuk asalnya ialah:
مَالِيْ أَكْثَرُ مِنْكَ = hartaku lebih banyak daripada kau

Contoh lainnya seolah-olah:

زَيْدٌ أَكْرَمُ أَبًا وَأَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهًا
Zaid lebih mulia daripada kamu ayahnya dan lebih ganteng daripada kau wajahnya.

Atau tidak dipindahkan dari sesuatupun seperti acuan berikut:

اِمْتَلَأَ اْلاِنَاءُ مَاءً = Berjana itu berlimpah airnya

لِلّه دُرُّهُ فَارِسًا = Alangkah baiknya beliau sebagai penunggang kuda

Syarat-syarat Tamyiz

Tamyiz tidak terbentuk kecuali nakirah dan tidak pula terbentuk kecuali sesudah kalam tepat dengan makna yang telah dikemukakan pada bab haal (yaitu hendaknya terletak sesudah jumlah yang sempurna.

Baca Juga:

Adapun yang menashabkan kepada tamyiz dzat yang samar ialah dzat itu sendiri (yakni yang terkandung pada lafazh sebelumnya). Sedangkan yang menashabkan kepada tamyiz nisbat yaitu fi’il yang musnad, adalah yang diungkapkan untuk menjelaskan lafazh yang menjadi gantungan ‘amil.
Tidak diperbolehkan mendahulukan tamyiz atas ‘amilnya secara mutlak. Dalam hal ini sama saja apakah ‘amilnya berupa fi’il mutasharrif atau jamid.

Penjelasan:
Menurut mazhab Sibawaih rahimahullah, tidak diperbolehkan mendahulukan tamyiz atas ‘amilnya. Dalam hal ini sama saja apakah ‘amilnya berupa fi’il mutasharrif atau selain mutasharrif. Untuk itu tidak boleh mengatakan نَفْسًا طَابَ زَيْدٌ sebagaimana dihentikan juga mengatakan عِنْدِيْ دِرْهَمًا عِشْرُونَ.

Akann tetapi, Imam Kisaiy, Imam Maziniy dan Imam Mubarrad semuanya memperbolehkan mendahulukan ‘amilnya yang mutasharrif. Untuk itu menurut mereka diperbolehkan mengatakan:

نَفْسًا طَابَ زَيْدٌ = Dalam hal jiwa, Zaid orang yang baik

شَيْبًا اِشْتَعَلَ رَأْسِيْ = Uban telah merata di kepalaku

Perkataan penyair berikut juga termasuk ke dalam contoh bab ini.

أَتَهْجُزُ لَيْلَى بِاْلفِرَاقِ حَبِيْبَهَ * وَمَا كَانَ نَفْسًا بِاْلفِرَاقِ تَطِيْبُ
Apakah Laila berhijrah meninggalkan kekasihnya? Padahal tiadalah jiwa itu merasa bahagia berpisah dengan kekasihnya.

Contoh syair lain:

ضَيَّعْتُ حَزْمِيَ فِي اِبْعَادِيَ اْلأَمَلَأ * وَمَا اَرْعَوَيْتُ وَشَيْبًا رَأْسِيَ اشْتَعَالًا
Aku telah menyia-nyiakan semangatku karena cita-citaku ku singkirkan jauh-jauh, dan aku tidak lagi memberpaiki diriku lantaran uban telah merata di kepalaku.

Ibnu Malik mendukung pendapat mereka dalam kitab Syarah ‘Umdah, tetapi dalam Alfiyyah ia mengatakan bahwa hal tersebut jarang terjadi pemakaiannya.

Apabila ‘amilnya ternyata bukan fi’il yang mutasharrif, para jago nahwu melarang mendahulukan tamyiznya tanpa memandang apakah ‘amilnya itu berupa fi’il sungguhan, seperti:

مَا أَحْسَنَ زَيْدًا رَجُلًا = Alangkah baiknya Zaid sebagai laki-laki

Atau berbentuk selain fiil seperti dalam pola

عِندِيْ عِشْرُوْنَ دِرْهَمًا = Aku mempunyai dua puluh dirham

Terkadang ‘amilnya berupa fi’il mutasharrif. Meskipun demikian, semua kalangan ahli nahwu melarang mendahulukan tamyiz atasnya. Hal itu seakan-akan yang terdapat dalam contoh berikut:

كَفَى بِزَيْدٍ رَجُلًا = Cukuplah Zaid sebagai laki-laki.

Sehubungan dengan teladan di atas Anda dilarang mendahulukan lafazh رَجُلًا atas lafazh كَفَى sekalipun berbentuk fi’il mutasharrif lantaran ia mengandung makna fi’il ta’ajjub.

Makna كَفَى بِزَيْدٍ رَجُلًا = Cukuplah Zaid sebagai pria, sama dengan makna yang terkandung di dalam perkataan lainnya, yaitu: مَا أَكْفَاهُ رَجُلًا = Alangkah cukupnya beliau (Zaid) sebagai pria.

Demikianlah artikel tentang Tamyiz dalam Bahasa Arab Beserta Contohnya ini saya buat, supaya dapat bermanfaat bagi pembaca, dan sampai jumpa di artikel selanjutnya!

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Tamyiz dalam Bahasa Arab Beserta Contohnya"

Posting Komentar