IBX5980432E7F390 Hikmah Pernikahan dan Kaidahnya - Doa Senjata Muslim

Hikmah Pernikahan dan Kaidahnya

kaidah akad nikah

Menikah merupakan fitrah manusia. Firman Allah swt yang terdapat dalam surat Ar-Rum, ayat 21 :

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

” Dan iantara tanda-tanda kekuasaan-Nya yaitu Dia menciptakan untukmu istri-istrimu dari jenismu sendiri, supaya kau cenderung dan merasa tentram kepadanya dan menimbulkan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang mau berfikir. “

Ketika kita menghadiri resepsi ijab kabul, ayat di atas ialah ayat yang paling sering dibacakan oleh qari’ yang ditugaskan melantunkan ayat-ayat Al Qur’an untuk memulai kegiatan resepsi. Para pembicarapun tidak pernah bosan-bosannya menyebut ayat tersebut sebelum memulai ceramahnya untuk menasehati kedua penganten. Maka, sangat penting sebagai seorang muslim yang akan melangsungkan akad nikah ataupun yang sudah menikah untuk merenungi kembali ayat di atas secara lebih seksama. Ayat di atas walaupun singkat dan pendek akan tetapi mengandung pelajaran yang sangat banyak dan bermanfaat, dan selanjutnya bisa kita jadikan pedoman di dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Dari ayat di atas, paling tidak kita bisa mengambil lima faedah, yang untuk lebih mudahnya kita sebut sebagai lima kaedah akad nikah. Lima kaedah ini akan kita bahas satu persatu dalam tulisan ini.

Kaedah Pertama :

Bahwa akad nikah yang berlangsung antara pria dan perempuan ialah salah satu tanda kekuasaan Allah swt. Artinya bahwa semua pernikahan yang terjadi adalah atas izin Allah swt. Ini yang harus diyakini oleh setiap muslim, terutama yang masih bujang dan mempunyai planning untuk menikah. Hal ini sangat penting dan akan berpengaruh terhadap psikologi kedua calon penganten. Banyak di antara calon penganten yang stress sebelum menikah, lantaran calon yang diidam-idamkan selama ini ternyata tidak jadi menikah dengan dirinya. Bahkan sebagian dari mereka bertengkar, dan tidak sedikit yang berakhir dengan akhir hayat hanya lantaran memperebutkan pacar untuk dinikahinya. Sebagian lain, hari-harinya hanya diisi dengan pertengkaran mulut dengan orang tuanya atau pamannya, hanya karena ia belum mengijinkan anaknya untuk menikah lantaran memiliki suatu pertimbangan. Bahkan tidak sedikit dari orang-orang yang tahu agama tergelincir dalam kasus yang satu ini. Mereka kadang menuduh orang rentanya telah menghalanginya untuk melaksanakan sunnah Rosulullah saw, padahal sebenarnya orang bau tanahnya mengijinkan anaknya menikah dengan pasangan pilihannya, hanya saja waktunya belum pas untuk dilaksanakan dalam waktu bersahabat. Dan banyak lagi pola-contoh yang memperlihatkan bahwa calon penganten belum bisa memahami ayat di atas, bahwa semua akad nikah yang dilakukan oleh manusia di dunia ini tidak akan terjadi kecuali dengan ijin Allah swt.

Perlu diketahui bahwa Allah swt telah menentukan taqdir setiap makhluk di dunia ini jauh-jauh sebelumnya yaitu 50.000 tahun sebelum diciptakan langit dan bumi ini, sebagaimana yang disebutkan dalam suatu hadist , bergotong-royong Rosulullah saw bersabda ;

أول ما خلق الله القلم قال له: اكتب، فكتب مقادير كل شيء قبل أن يخلق السماوات والأرض بخمسين ألف سنة، وكان عرشه على الماء

” Pertama kali yang diciptakan Allah ialah qalam ( pena ), Allah berfirman kepadanya ; ” Tulislah ” , maka dia menulis taqdir segala sesuatu semenjak 50.000 tahun sebelum diciptakan langit dan bumi dan Arsy Allah di atas air. ‘ ( HR Muslim )

Hadist di atas menjelaskan secara tidak eksklusif bahwa istri kita telah ditentukan oleh Allah swt, jauh sebelum kita diciptakan di muka bumi ini, kalau kita mengetahui hal itu, kenapa harus stress ? , kenapa harus berebut pacar? dan kenapa harus bertengkar dengan orang tua hanya lantaran belum menyetujui planning penikahannya ?

Kaedah Kedua :

Bahwa istri yang akan kita nikahi nanti yaitu dari jenis kita sendiri, yaitu dari jenis manusia, bukan dari jenis jin atau malaikat. Rahmat Allah swt seolah-olah ini harus kita syukuri. Bayangkan kalau istri kita dari jenis jin, tentunya akan menerima kesulitan untuk berhubungan dengannya. Kesulitan itu akan terasa sejak awal, bagaimana cara mengenalnya, bagaimana bentuk wajahnya, siapa yang akan menjadi walinya, maharnya berapa, mau tinggal dimana dan bagaimana berhubungan dengannya, bagaimana bentuk anaknya dan seabrek kesulitan-kesulitan lainnya.


Kaedah Ketiga :

Bahwa istri yang akan kita nikahi nanti adalah makhluk Allah yang diciptakan dari diri kita sendiri. Para ulama menyebutkan bahwa Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam as. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas bahu-membahu dikala Adam tinggal di dalam Syurga sendiri, ia merasa kesepian. Dan ketika ia sedang tidur, diciptakanlah Siti Hawa dari tulak rusuknya yang pendek dari pinggang kirinya , semoga Adam mampu merasa damai berada di samping Siti Hawa. Inilah arti firman Allah swt :

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا

“Dialah Yang menciptakan kau dari diri yang satu dan dari padanya Dia membuat isterinya, supaya beliau merasa senang kepadanya.” ( Qs Al A’raf : 189 )

Di dalam hadist Abu Hurairah ra bahwa Rosulullah saw bersabda :

 استوصوا بالنساء خيراً ، فإن المرأة خلقت من ضلع ، وإن أعوج ما في الضلع أعلاه ، فإن ذهبت تقيمه كسرته ، وإن تركته لم يزل أعوج ، فاستوصوا بالنساء  ، وفي رواية  المرأة كالضلع إن أقمتها كسرتها ، وإن استمتعت بها ، استمتعت وفيها عوج

“Berwasiatlah kepada perempuan dengan hal-hal yang baik, sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulak rusuk, dan sesungguhnya penggalan yang bengkok dari tulang rusuk terdapat disebelah atas, , dan kalau anda ingin meluruskannya, berarti anda akan mematahkannya, dan jika anda biarkan maka dia akan terus bengkok, maka berwasiatlah kepada perempuan.

Dan dalam riwayat lain disebutkan : ” perempuan itu bagaikan tulang rusuk, kalau anda ingin meluruskannya, berarti anda akan mematahkannya, jikalau anda bersenang-senang dengannya, maka anda akan bersenang-senang dengannya, sedangkan dia masih dalam keadaan bengkok ”

Mungkin sebagian orang memahami bahwa penciptaan siti hawa dari tulak rusuk nabi Adam merupakan simbol diskriminasi dan pelecehan kaum hawa, sehingga mereka kurang bisa mendapat isi hadist di atas, dan menganggapnya sebagai hadist yang bias gender. Sebenarnya, kalau mereka memahami hadist tersebut dengan baik, akan di mampukan banyak pesan tersirat dari diciptakannya Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam. Diantara nasihat-hikmah itu yaitu :

Pertama : Bahwa tulang rusuk dalam tubuh kita sebenarnya berfungsi untuk melindungi organ dada dan hati. Sebagaimana kita ketahui bahwa hati ialah bagian yang terpenting dalam tubuh kita. Artinya seorang perempuan bertugas untuk menjaga, membina dan mendidik hati orang, yaitu hati generasi dan anak latih kita. Inilah tabiat seorang perempuan, kita dapatkannya tabah dan tekun di dalam merawat belum dewasa atau orang-orang yang lemah, serta orang-orang yang perlu perlindungan dan kasih sayang. Sifat seakan-akan ini tidak dimiliki oleh pria. Tulang rusuk artinya tulang yang melindungi belahan-bagian tubuh yang lemah. Selain itu, seorang perempuan juga melindungi kaum pria ketika dia merasa tidak damai, menemaninya saat ia merasa kesepian, dan merawatnya dikala sedang sakit. Dari sini, seorang laki-laki tidak akan mampu mencicipi hidup dengan sempurna tanpa kehadiran perempuan.

Kedua : Tulang rusuk ini bersifat bengkok. Kenapa harus bengkok ? Iya karena dengan bengkoknya tulang rusuk tersebut, maka hati atau belahan- penggalan tubuh yang lemah tadi akan terlindungi dari arah lain. Jika tulang rusuk tersebut tidak bengkok, maka hati dan penggalan tubuh lainnya akan dengan praktis mengalami luka-luka hanya dengan pukulan pelan saja, dan akan mampu menyebabkan ajal jikalau terkena pukulan atau benturan yang lebih keras.

Ketiga : Tulang rusuk yang bengkok itu juga pertanda bahwa kaum perempuan itu memiliki sifat yang mengedepankan perasaan daripada kecerdikan. Oleh lantarannya, kaum perempuan kurang tepat, kalau ditempatkan pada beberapa posisi yang menuntut ketegasan dan kekerasan , seolah-olah dalam memimpin Negara atau bekerja di kawasan-tempat berangasan.

Keempat : Dalam hadist disebutkan bahwa seorang pria akan sangat sulit untuk meluruskan tulang yang bengkok tersebut. Artinya seorang laki-laki di dalam berhubungan dengan perempuan harus bersifat lembut dan tidak bernafsu. Mendidik merekapun harus pelan-pelan dan sabar , tidak mampu dilakukan dengan tangan besi. Oleh karenanya, Rosulullah saw berwasiat biar kaum pria memperlakukan perempuan dengan baik. Dalam kehidupan keluarga, kalau seorang suami ingin memaksakan kehendaknya kepada istrinya dengan paksaan dan kekerasaan maka akan berakibat fatal, dan tidak sedikit yang berakhir dengan perceraian.

Kelima : Tulang rusuk yang bengkok juga menunjukkan bahwa kaum perempuan itu mempunyai kekurangan dalam kebijaksanaan dan ibadatnya. Maksud kurang akal di sini, sebagaimana diterangkan di atas, bahwa perempuan lebih mengedepankan perasaan dari pada pria, maka dalam persaksian seorang pria sebanding dengan dua perempuan. Dalam masalah pernikahan, seorang perempuan harus memiliki wali pria, lantaran tingginya perasaanya, seorang perempuan simpel dipermainkan dan ditipu oleh orang lain. Berbeda dengan laki-laki, beliau dibolehkan melaksanakan pernikahan tanpa mediator seorang wali. Dan yang dimaksud kurang ibadatnya adalah bahwa seorang perempuan sering meninggalkan kewajiban ibadat sholat atau puasa atau yang lainnya, lantaran ada halangan syar’I seolah-olah datangnya bulan ( keluarnya darah haidh ) atau darah nifas setelah melahirkan.

Kaedah Keempat :

Salah satu fungsi dari pernikahan ialah mewujudkan ketenangan. Ketenangan yang di dapat seseorang dari akad nikah bisa diklasifikasikan menjadi tiga :

Pertama : Ketenangan Jiwa.

Banyak fakta menyebutkan bahwa rata-rata orang yang sudah dewasa dan belum menikah, mereka mengalami kegoncangan jiwa, lantaran ada sesuatu yang kurang pada diri mereka. Mereka merindukan teman hidup yang memperhatikan kehidupan mereka. Kegonjangan jiwa itu akan terus berlanjut sampai mereka menerima sahabat hidup yang sesuai dengan yang mereka inginkan.

Di sini pernikahan adalah salah satu jalan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk menerima ketenangan. Seorang pria yang merasa capek dan penat lantaran seharian kerja mencari nafkah, saat kembali ke rumah, datang- tiba hatinya menjadi sejuk dan tenang, lantaran di depan pintu rumahnya telah disambut istrinya dengan senyuman. Ketika ia lapar, datang-tiba di meja makan sudah tersedia berbagai makanan yang disediakan istrinya. Selain itu, di dalam akad nikah seseorang bisa membicarakan dengan pasangannya seluruh masalah-masalah yang dihadapinya di kantor, di pasar di sekolah maupun di tempat-tempat lainnya. Dengan leluasa masing-masing dari suami istri mengeluarkan unek-uneknya dengan hati dalam suasana yang hening dan penuh rasa kekeluargaan.

Hal yang demikian ini jelas akan berdampak pada ketenangan jiwa. Karena masing-masing telah menerima daerah untuk mengadukan segala problematika hidupnya. Ketenangan jiwa seolah-olah ini akibatnya akan membawa pada ketenangan jasmani.

Kedua : Ketenangan Jasmani.

Banyak para ahli menyebutkan bahwa di sana ada relasi sangat erat antara kesehatan ruhani dengan kesehatan jasmani. Seseorang yang selalu dirundung kesedihan di dalam hidupnya, akan melemahkan kesehatan jasmaninya. Salah satu pola sederhana yaitu seseorang yang terkena penyakit maagh. Jika ia sedang memikirkan sesuatu yang agak rumit, biasanya maagh-nya akan kambuh. Orang yang terkena penyakit jantung, dikala mendengar bahwa orang yang dicintainya tertabrak mobil, mampu mati seketika lantaran kaget. Begitu juga orang yang sudah menikah dan mencicipi kebahagiaan di dalamnya, biasanya jarang terkena penyakit dalam.

Selain itu sebagaimana yang disebutkan oleh beberapa ulama, bahwa air mani yang tersimpan lama dalam tubuh seseorang dan tidak disalurkan akan menyebabkan penyakit. Dalam kehidupan ini ada suatu kaedah : bahwa sesuatu yang berhenti dan tidak ialirkan, maka akan merusak. Air yang tergenang akan merusak, tapi jika beliaulirkan akan bermanfaat karena akan membentuk energi yang bisa menyalakan lampu. Dalam fikih kita temukan juga bahwa air sungai yang tidak mengalir akan menjadi najis dan tidak boleh dipakai untuk bersuci. Jika ia mengalir, boleh untuk bersuci. Seseorang yang tergeletak tidur di atas kasur berbulan-bulan usangnya, mampu lumpuh kakinya, lantaran tidak dilatih untuk berjalan. Bahkan tubuh kita yang tidak digerakkan dengan olah raga, akan terasa pegal dan berat, dan begitu seterusnya. Maka air mani yang ada dalam tubuh seseorang kalau disalurkan pada yang halal, selain akan menghilangkan penyakit, air mani tersebut akan berubah menjadisebuah janin yang ada di perut istrinya. Betapa besar perbedaan antara keduanya, yang satu merusak dan mengakibatkan penyakit , sedang yang lain menyembuhkan dan mewujudkan generasi gres.

Ketiga : Ketenangan Materi.

Orang yang menikah akan mendapatkan ketenangan bahan. Ketenangan bahan ini terwujud dalam tiga hal :

Yang Pertama : Dalam hadist disebutkan bahwa Rosulullah saw bersabda :

الدنيا متاع وخير متاعها المرأة الصالحة

” Dunia ini adalah embel-embel, dan sebaik-baik pemanis adalah wanita sholehah . ” ( HR Muslim )

Hadist iatas menerangkan bahwa hakikat dunia ini ialah komplemen. Perhiasan adalah salah satu bentuk materi yang dikejar oleh insan. Karena kebanyakan insan menerka bahwa aksesori dunia ini akan membawa kebahagian hidup. Akan tetapi Rosulullah menjelaskan juga bahwa hakikat suplemen yang mampu membawa ketenangan adalah wanita sholelah.

Oleh karenanya, banyak kita mampukan seseorang yang tidak memiliki harta banyak, tetapi memiliki istri sholehah, beliau jauh lebih berbahagia di dalam hidupnya dibanding dengan orang yang kaya tetapi istri tidak sholehah. Inilah arti pertama bahwa istri sholehah merupakan wujud dari ketenangan materi.

Yang Kedua : Istri yang sholehah atau suami yang sholeh ialah orang yang selalu erat dengan Allah. Dia akan selalu meningkatkan ketaqwaanya kepada Allah swt dengan menjalankan perintah-NYa dan menjauhi larangan-Nya. Orang seperti akan membawa barakah dalam rumah tangga. Ketika ia berdoa mohon rizki kepada Allah, maka Allah akan mengabulkannya, sehingga istri atau suami yang seakan-akan ini akan membawa rizki yang berlimpah dan barakah.

Yang Ketiga : Allah swt telah berfirman :

وَأَنكِحُوا الْأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاء يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

” Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kau, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui ” ( Qs An Nur : 32 ) .

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa orang yang mau menikah dengan niat mencari ridha Allah dan menghindari maksiat, maka Allah berjanji akan memberikan karunia kepada mereka dengan rizki yang halal. Dan kita sebagai orang Islam harus berkeyakinan seperti yang disebutkan Allah di dalam ayat di atas.

Selain itu, kalau ditinjau dari ilmu psikologi dan sosiologi, maka akan kita mampukan seorang laki-laki yang sepanjang hidupnya, hidup dalam kemiskinan, ketika menikah tiba-tiba menjadi lebih kaya dari sebelumnya. Kenapa ? Karena dengan menikah, dia dituntut untuk menyampaikan nafkah kepada istrinya. Kewajiban tersebut menuntutnya untuk bekerja keras. Selain ia mendapatkan pahala lantaran bekerja untuk memberikan nafkah keluarganya, juga Allah akan melimpahkan rizki yang halal kepadanya, lantaran kesungguhannya. Allah berfirman :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

” Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. ” ( Qs Al Ankabut : 69 )

Kaedah Kelima :

Bahwa cinta yang tumbuh dalam ijab kabul bukan sekedar cinta jasmani, atau cinta seorang pria terhadap perempuan sebagaimana yang dipahami orang selama ini. Bukan pula seakan-akan cinta seorang pacar dengan pacarnya yang sekedar akad dan ungkapan lisan tanpa ada komitmen di dalamnya. Cinta dalam pernikahan ialah cinta yang dibangun beliautas mawaddah dan rahmah ( kasih dan sayang). Artinya cinta tersebut diiringi dengan tanggung jawab dan komitmen. Seorang suami yang menyayangi istrinya, maka dia bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidupnya, ia harus menjaga kesehatannya, menjaga keamanannya, menjaga perasaannya, dan menjaganya supaya tetap selalu senang hidup bersamanya .

Cinta dalam pernikahan bukan berarti dia pasti mengasihi semua yang ada pada diri pasangannya, lantaran seolah-olah ini adalah sesuatu yang mustahil. Masing-masing dari pasangan suami istri akan mendapatkan kekurangan dari pasangannya. Secara naluri manusia, ia akan membenci kekurangan tersebut, Cuma dia harus bersabar dengan kekurangan itu. Dia harus berusaha bagaimana kekurangan yang dimiliki pasangannya tetap membuatnya cinta dan sayang kepadanya. Maka dalam surat An Nisa’ ayat 19 , Allah berfirman :

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

” Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) lantaran mungkin kau tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menyebabkan padanya kebaikan yang banyak. ”

Melalui ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk menggauli dan bersikap dengan istri kita secara patut dan baik, walaupun kita membenci sebagian sifat atau penggalan dari tubuhnya. Inilah yang dinamakan mawaddah dan rahmah, yaitu cinta kasih sayang yang diiringi dengan komitmen dan tanggung jawab serta kesabaran untuk mendapat segala kekurangan. Maka sangat tepat kalau Allah menyebut bahwa dalam akad nikah bukan sekedar ” hubb ” ( cinta jasmani ), akan tetapi lebih daripada itu, yaitu mawaddah wa rahmah ( cinta kasih sayang dan komitmen ) .

Yang perlu disebutkan juga di sini bahwa cinta kasih sayang dalam ijab kabul ini yang menumbuhkannya yaitu Allah swt. Tanpa pertolongan Allah, kedua pasangan suami istri tidak akan mungkin bisa mengukir kecintaan dan kasih sayang di dalam kehidupan rumah tangga. Ayat dalam surat rum di atas juga dengan sendirinya akan menolak falsafat pacaran yang menyiratkan bahwa kecintaan antara laki-laki dan perempuan harus ditumbuhkan oleh masing-masing pasangan. Hal ini dikuatkan dengan banyaknya fakta yang memperlihatkan bahwa orang-orang yang menikah tanpa didahului dengan pacaran ternyata justru malah lebih serasi, lebih hangat, dan lebih langgeng serta lebih senang. Hal itu dikarenakan Allah-lah yang membuat dan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang pada diri kedua pasangan.

Lima kaedah pernikahan yang sudah diterangkan di atas, sebenarnya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang hanya mampu dicerna oleh orang-orang yang terus mau berfikir. Sebagaimana yang disebutkan Allah pada balasan ayat: ” Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang mau berfikir. ” Sungguh Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Semoga artikel di atas bermanfaat dan praktiskan jalan kita.
sumber: ahmadzain.com

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Hikmah Pernikahan dan Kaidahnya"

Posting Komentar