IBX5980432E7F390 Shalat Dhuha: Tata Cara, Jumlah Rakaat, Hukum, Doa, Waktu, Dan Mafaatnya [Terlengkap] - Doa Senjata Muslim

Shalat Dhuha: Tata Cara, Jumlah Rakaat, Hukum, Doa, Waktu, Dan Mafaatnya [Terlengkap]

Nahwu - Tahukah kau siapakah orang yang akan memperoleh sebuah istana di nirwana? Jawabannya yaitu orang yang konsisten melakukan shalat dhuha. Bagi mereka akan disediakan pintu masuk khusus yang diberi nama pintu dhuha. Sebagaimana wasiat Nabi Muhammad kepada Sayyidina Ali berikut:

"Wahai Ali! Dirikanlah shalat dhuha, baik dalam keadaan bepergian maupun mukim. Sesungguhnya ketika hari akhir zaman datang, ada bunyi yang memanggil dari atas surga,"Dimanakah orang-orang yang telah mengerjakan shalat dhuha?" Masuklah dari pintu Dhuha dengan rasa aman dan sentosa".

Shalat Dhuha Tata Tutorial, Jumlah Rakaat, Hukum, Doa, Waktu, Dan Mafaatnya [Terlengkap]

Coba bayangkan jikalau di balasanat kelak Anda diberikan pintu masuk khusus dan bahkan diberikan sebuah istana megah di surga, pasti keren banget kan? Iya pastinya. Kalau begitu, tentu Anda tidak ingin melewatkan kesempatan ini begitu saja bukan? Kalau iya, mulai kini kerjakanlah shalat dhuha, karena dengan mengerjakannya, in syaa Allah impian menerima istana di nirwana akan terwujud dengan rahmat Allah.

Nah, masalahnya masih banyak nih yang belum tau tata cara shalat dhuha, kapan waktu shalat dhuha, dan doa apa yang dibaca setelah shalat dhuha. Jangan khawatir, Di dalam artikel ini kami akan menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan shalat dhuha secara lengkap.

Tata cara shalat dhuha

  1. Membaca niat dalam hati disertai dengan Takbiratu al-Ihram:
    أُصَلِّى سُنَّةَ الضُّحَى رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةِ اَدَاءً لِلّهِ تَعَالَى
    (Ushalli sunnata adh-Dhuha rak'ataini mustaqbila al-Qiblati adaa-an lillaahi Ta'ala)
    Artinya: Aku berniat shalat sunnah dhuha dua raka'at menghadap kiblat karena Allah Ta'ala.
  2. Membaca doa iftitah seperti pada shalat fardhu
  3. Membaca surat al-Fatihah
  4. Membaca salah satu surat al-Quran. Namun membaca surat asy-Syams pada rakaat pertama dan surat al-Lail pada rakaat kedua lebih afdhal. Sementara Ibnu hajar al-Atsqalani menganjurkan untuk membaca surat al-kafiruun pada rakaat pertama dan al-Ikhlas pada rakaat kedua.
  5. I'tidal dan membaca doa-nya
  6. Sujud yang pertama dan membaca tasbih sebanyak tiga kali
  7. Duduk antara dua sujud dan membaca doa-nya
  8. Sujud yang kedua dan membaca tasbih sebanyak tiga kali
  9. Bangkit dari sujud, dan berdiri (untuk mengerjakan rakaat kedua), lalu kerjakan langkah ke-3 hingga dengan langkah ke-8 secara berurutan.
  10. Duduk tasyahud akibat, lalu membaca tasyahud akibat, dan shalawat kepada Nabi. Sesudah itu membaca salam dua kali (dimulai dari kanan, lalu ke kiri).

Bacaan Doa Setelah Sholat Dhuha

Sesudah melakukan shalat dhuha, kita dianjurkan untuk memanjatkan doa. Namun untuk shalat Dhuha, para ulama mengajarkan doa khusus untuk dibacakan setelah sholat Dhuha. Berikut ini doanya:


Artinya:
“Tuhanku, sungguh waktu dhuha adalah milik-Mu. Yang ada hanya keagungan-Mu. Tiada lagi selain keindahan-Mu. Hanya ada kekuatan-Mu. Yang ada hanya kuasa-Mu. Tidak ada yang lain kecuali lindungan-Mu. Tuhanku, kalau rezekiku di langit, turunkanlah. Kalau berada di bumi, keluarkanlah. Kalau sulit, mudahkanlah. Kalau haram, gantilah jadi yang suci. Bila jauh, dekatkanlah dengan hakikat dhuha, keagungan, kekuatan, kekuasaan-Mu. Tuhanku, berikanlah saya apa yang Kau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh.

Tuhanku, dengan-Mu aku bergerak. Dengan-Mu aku berusaha. Dengan-Mu, saya berjuang. Tuhanku, ampunilah segala dosaku. Turunkan rahmat-Mu kepadaku. Anugerahkanlah tobat-Mu untukku. Sungguh Engkau maha akseptor tobat, lagi maha penyayang.”

Doa yang terdapat pada paragraf terakhir dianjurkan untuk membacanya sebanyak 40 atau 100 kali. Keterangan mengenai doa shalat dhuha ini mampu dilihat di kitab I'anathu At-Thalibin, Darul Fikr, Beirut, Juz I, halaman 225.

Waktu Sholat Dhuha

Shalat dhuha bisa dikerjakan mulai dari naiknya matahari setinggi tombak hingga mendekati tergelincirnya ke arah barat. Namun dalam waktu pelaksanaannya, shalat dhuha dibagi menjadi dua pecahan yang pada kedua waktu tersebut sama-sama baik jikalau dikerjakan.

1. Awal Waktu

Awal waktu shalat dhuha dimulai sekitar 15 menit setelah terbitnya matahari. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin ‘Abasah berikut ini:

“Kerjakanlah shalat shubuh kemudian tinggalkanlah shalat hingga matahari terbit, hingga matahari naik. Ketika matahari terbit, ia terbit diantara dua tanduk setan, ketika itu orang-orang kafir sedang bersujud.” (HR. Muslim no. 832).

2. Akhir Waktu yang Mendekati Waktu Zawal

Akhir waktu shalat sekitar 5 – 10 menit sebelum tergelincirnya matahari ke arah barat, yaitu mendekati waktu zawal. Namu waktu yang terbaik untuk mengerjakan shalat dhuha ialah di waktu yang balasan, dimana suhu semakin panas.

Suatu ketika shahabat Zaid bin Arqom melihat sekelompok orang melakukan shalat dhuha, kemudian ia berkata: “Mungkin mereka tidak tahu jikalau selain waktu yang mereka kerjakan kini ini ada yang lebih utama. Rasulullah SAW bersabda:

صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
Waktu paling baik mengerjakan shalat awwabin (shalat dhuha) yaitu ketika seekor anak unta merasakan panasnya terik matahari.”(HR. Muslim no. 748)

Imam Nawawi berkata: “Inilah waktu yang utama untuk mengerjakan shalat sunnah dhuha. Pun para ulama’ Syafi’iyah yang lain juga berkata demikian, meskipun mereka memperbolehkan untuk mengerjakannya setelah terbit matahari hingga menjelang tergelincirnya matahari (zawal)”. (Syarh Shahih Muslim, 6: 28)

Jumlah Rakaat Shalat Dhuha

Jumlah rakaat shalat dhuha paling sedikit dua rakaat, hal ini telah disepakati oleh para Ulama berdasarkan hadits nabi dan tidak ada perselisihan di dalamanya. Namun, mereka berbeda pendapat dalam memilih batas rakaat shalat sunnah dhuha. Dalam penentuan batasan rakaat shalat dhuha ini, terdapat tiga perbedaan pendapat:

1. Pendapat Pertama

Pendapat pertama menyampaikan bahwa batas maksimal rakaat shalat sunnah dhuha yaitu 8 rakaat. Ini merupakan pendapat Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hanbali.

Landasan hukum yang dipakai oleh ketiga Imam ini ialah dari Umu Hani’ radhiyallaahu 'anhu, bahwa Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam ketika fathu Makkah memasuki rumah Umu Hani’, lalu mengerjakan shalat sebanyak delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).

2. Pendapat Kedua

Batas maksimal rakaat shalat dhuha menurut pendapat kedua adalah 12 rakaat. Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi yang disebutkan dalam salah satu riwayatnya, dan hal ini juga terdapat dalam pendapat lemah Madzhab Syafi’i.

Pendapat ini berdasarkan dalil dari hadis Anas radhiallahu’anhu:

مَنْ صَلَّى الضُّحَى ثِنْتَيْ عَشَرَةَ رَكْعَةً بَنَى اللهُ لَهُ قَصْرًا مِنْ ذَهَبٍ فِي الْجَنَّةِ
Artinya:
“Barangsiapa yang shalat sunnah dhuha 12 rakaat, Allah bangunkan untuknya istana di surga.”

Namun hadits ini termasuk dalam hadis dhaif yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Ibn Majah, dan Imam Al-Mundziri dalam kitab Targhib wat Tarhib. Imam At-Tirmidzi menyampaikan, “Hadits ini ialah hadits abnormal (gharib), kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.” Hadits ini didhaifkan oleh Al-Hafidz Ibn Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya At-Talkhis Al-Khabir (2: 20).


3. Pendapat Ketiga

Menurut pendapat ini, tidak ada batasan jumlah rakaat dalam shalat sunnah dhuha. Pendapat ini disebutkan oleh Imam Suyuthi dalam kitabnya Al-Hawi.

Beliau menyebutkan perkataan Al-Hafidz Al-‘Iraqi dalam syarh Sunan At-Tirmidzi:”Saya tidak mengetahui ada seorang pun dari golongan shahabat ataupun Tabi’in yang memberi batasan tertentu dalam shalat dhuha dengan batasan 12 rakaat. Begitu juga dalam Madzhab Syafi’i tidak ada yang membatasi jumlah rakaat dalam salat dhuha. Yang ada yaitu pendapat yang dikatakan oleh Ar-Ruyani yang diikuti oleh Imam Rafi’i dan Ulama’ yang menuqil pendapatnya.”

Hukum Shalat Dhuha

Hukum Sholat Dhuha yaitu sunnah muakkad, alasannya adalah Nabi Muhammad sendiri melaksanakannya dan menjadikannya sebagai suatu wasiat.

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu menceritakan : “Kekasihku Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku tentang 3 hal yang tidak akan pernah aku tinggalkan hingga meninggal: Puasa 3 hari dalam sebulan (Ayamul Bidh), dua rakaat shalat sunnah Dhuha, dan hanya tidur bila telah mengerjakan shalat Witir.” (Muttafaqun ‘Alaih. Al-Bukhari no. 1981. Muslim no. 721).

Keutamaan Sholat Dhuha

Keutamaan sholat dhuha berbagai disebutkan dalam beberapa hadits ataupun kitab-kitab para ulama. Namun yang paling terkenal di kalangan masyarakat salah satu keutamaan salat dhuha yaitu dimudahkannya rizki. Berdasarkan hadits Nabi :
Allah berfirman :
“Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat pada waktu permulaan siang ( Shalat Dhuha ) pasti pasti akan Aku cukupkan kebutuhanmu pada akhir harinya“. (HR.Hakim dan Thabrani).

Selain dimudahkannya pintu rizki bekerjsama masih ada lagi keutamaan sholat dhuha yang sangat luar biasa. Diantaranya ialah akan dicukupi urusannya di akibat siang, shalat sunnah dhuha termasuk dalam sholat awwabin.

Berikut adalah beberapa keutamaan sholat dhuha berdasarkan hadits Nabi SAW :

1. Sebagai Ganti Sedekah Persendian

Pada pagi hari, diwajibkan atas seluruh persendian di antara kalian untuk berzakat. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) adalah sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) yaitu sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) yaitu sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) adalah sedekah. Begitu juga amar ma’ruf dan nahi munkar ialah sedekah. Dan semua ini mampu dicukupi dengan dua raka’at shalat dhuha. (HR. Muslim no. 720).

Padahal, persendian yang terdapat pada seluruh tubuh ialah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits serta dibuktikan dalam dunia medis, yaitu 360 persendian. ‘Aisyah pernah menyebutkan sabda Nabi SAW :

“Sesungguhnya, setiap insan keturunan Adam diciptakan dalam keadaan mempunyai 360 persendian.” (HR. Muslim no. 1007).

2. Dicukupi Urusannya di Akhir Siang

Seseorang yang melanggengkan empat rakaat dhuha akan diberi kecukupan di balasan siangnya. Sebagaimana sabda Nabi:

Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah kau tinggalkan empat rakaat sholat di awal siang (waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di balasan siang. (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth menyampaikan bahwa hadits ini shahih)

3. Seperti Mendapat Pahala Haji & Umroh

Keutamaan shalat dhuha yang sebelumnya telah didahului shalat shubuh berjamaah dan dzikir hingga terbit matahari adalah seolah-olah menerima pahalanya haji dan umroh.

Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Shahabat Anas bin Malik ra:

“Barangsiapa melaksanakan shalat shubuh berjama’ah kemudian ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga terbit matahari, kemudian ia mengerjakan shalat dua raka’at, maka ia seolah-olah memperoleh pahalanya haji dan umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan tepat. (HR. Tirmidzi no. 586)

4. Termasuk Shalat Awwabin

Diantara keistimewaan shalat dhuha yang lain adalah termasuk dalam shalat awwabin, yaitu sholatnya orang yang kembali taat. Abu Hurairah ra meriwayatkan hadits dari Nabi SAW :

“Tidaklah seseorang menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan ia yaitu awwab (orang yang kembali taat). Sholat dhuha ini adalah shalat awwabin. (HR. Ibnu Khuzaimah).  [Keutamaan Sholat Dhuha via elizato.com]

Berlangganan Untuk Mendapatkan Artikel Terbaru:

0 Komentar Untuk "Shalat Dhuha: Tata Cara, Jumlah Rakaat, Hukum, Doa, Waktu, Dan Mafaatnya [Terlengkap]"

Posting Komentar